Para Maling
Di lorong gelap, gedung angkuh,
ada bersemayam di lemari besi,
Dia menelan angka, memuntahkan janji.
Hujan aspirasi dari gumpalan harapan
Jatuh di negeri yang gentengnya berlubang,
airnya mengalir ke kantong para maling.
Paku-paku proyek mengetuk bumi,
hanya untuk membuat jalan setapak
menuju rumah mewah milik para maling.
Lihat! Ada tangan-tangan gelap,
menandatangani perjanjian dengan tinta keserakahan,
tinta yang berbicara: “ini semua milik kami.”
Rakyat berdoa dalam jeruji kemiskinan,
suara mereka hilang di celah meja rapat.
Lemari besi itu terus berpesta-pora
dan negeri ini membeku dalam sujudnya.
2025
Jembatan Tanpa Ujung
Sungai yang meluap,
membangun jembatan dari mimpi.
mimpi yang rapuh,
pondasi janji yang dicuri.
Pondasi angka-angka
yang diukir dengan manipulasi.
Tiangnya berdiri di atas sumpah palsu,
dan setiap bautnya berkarat
oleh air mata buruh yang tak digaji.
Jembatan itu tak pernah selesai.
Ia melengkung ke langit,
ujungnya hilang di balik asap rokok pejabat.
yang duduk di kursi empuk,
mencuil keuntungan di setiap retak aspal.
Di bawah jembatan,
rakyat berenang di sungai keruh,
menunggu keadilan seperti
menunggu bulan jatuh di genangan sungai.
2025
Opera Para Mafia
Tirai ditarik, panggung terbuka.
Di atasnya, para aktor memakai topeng.
Mereka memainkan lakon tentang “Pembangunan”
Setiap tutur dialog terdengar indah,
naskahnya ditulis di balik meja manipulasi.
Ada tokoh yang mengenakan dasi emas,
berbisik kepada tokoh jas berkilau.
Ada pula peran kecil—pejabat eselon
yang menjual tanda tangannya
kepada para maling negeri asing
Rakyat di kursi penonton,
bertepuk tangan tanpa kesadaran,
tiket yang mereka beli
adalah harga dari hari-hari depan.
Lampu dimatikan,
para aktor membagi hasil di luar gedung
jalan masih berlubang,
anak-anak berjalan tanpa sepatu.
2025
Cakar-cakar Maling
Di atas kertas anggaran,
ada cakar-cakar tajam.
yang merobek-robek aturan
menggenggam yang bukan miliknya.
Hak rakyat itu seperti burung kecil yang disembunyikan
di sarang yang jauh pengawasan induknya
Cakar itu menyelinap di setiap rapat,
berjalan di lorong-lorong birokrasi.
Mereka tak terlihat, tapi suaranya terdengar
membicarakan amplop-amplop
di ruang sidang yang sering kosong
Rakyat melihat hasilnya:
sekolah tanpa atap,
jalan yang tenggelam di musim hujan,
dan puskesmas yang kehabisan obat.
Cakar-cakar itu terus bekerja
seperti mesin pemburu
siang malam menebar harapan
dengan janji-janji pembangunan
menjadi angin yang sekedar angan.
2025
Api dan Rantai
Anggaran untuk rakyat adalah nyala api
yang seharusnya menerangi jalan-jalan
Namun, dirantai di ruangan gelap,
dijaga para rampok berseragam.
Setiap percikan apinya dijual,
dengan harga yang disepakati diam-diam.
Api itu mengecil dan meredup,
padam oleh kerakusan
Rakyat terus menunggu cahaya itu
menggigil di malam yang panjang,
mengharap kehangatan
yang tak pernah sampai.
Akankah datang sang pembawa api
memutus rantai jeruji
membakar maling berdasi
untuk menerangi negeri.
2025

Lahir di Madiun, 21 Februari 1988. Penulis, musikus, penyair, dan pendidik di bidang Seni
Budaya. Karya puisinya, prosa, dan esainya telah dimuat di berbagai media nasional dan
internasional. Dalam satu tahun, 63 tulisannya terbit di koran lokal, nasional, dan luar negeri
(2024). Pernah dimuat di Kompas, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, Utusan
Borneo (Malaysia), dll. Peraih Anugerah Hescom eSastera Malaysia (2014 & 2015). Lima
Besar Seni Budaya GCC 2021 Dinas Pendidikan Jatim. Finalis Festival Sastra Nasional
Syukur Waktu 2024. Delegasi Penyair Jatim di MPU VIII (Banten) & MPU XI (Jawa Barat).
Pemenang Pesta Cerpen Penerbit Buku Kompas GWP 2024. Founder Negeri Kertas & Teater
Pilar Merah. Dapat dihubungi via IG @fileski & WA 08888710313. Email
fileskifileski@gmail.com