Yogyakarta, Nolesa.com—Front Pemuda Madura (FPM) menggelar kegiatan seminar online bertajuk Dialog Energi 2022 pada Rabu (7/9) sore. Webinar dengan tema “Menghapus BBM RON Rendah: Siasat Energi Ramah Lingkungan Menuju Net-Zero Emission” ini dihelat melalui platfor zoom meeting dan dihadiri lebih dari seratus partisipan dari beragam latar belakang.
Hadir sebagai pembiacara pada kegiatan itu antara lain pakar migas sekaligus Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, dan Sekretaris Jenderal Himpunan Aktivis Milenial Indonesia, Muchlas J Samorano. Webinar berlangsung meriah dan seksama hingga pukul 18.15.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, menjelaskan, kenaikan harga BBM subsidi harus diiringi dengan subsidi tepat guna dan tepat sasaran. Ia mencontohkan misalnya dengan strategi subsidi tertutup.
“Sebab, subsidi terbuka justru menguntungkan dan dinikmati orang kaya. Karena siapapun bisa menikmati BBM subsidi dengan harga murah tanpa dapat sanksi dari pemerintah,” ujar pengajar Universitas Trisakti itu.
Subsidi tertutup, kata Komaidi, akan membatasi siapapun yang akan membeli BBM subsidi dengan harga murah. Hanya mereka yang memenuhi persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah yang bisa membeli BBM subsidi dengan harga murah. Dengan strategi ini, penggunaan BBM subsidi akan tepat sasaran dan tidak akan lagi dinikmati oleh orang kaya.
Bagi Komaidi, subsidi BBM juga bisa dialokasikan untuk transportasi umum. Di negara-negara maju, seperti Inggris, Jepang, Korea Selatan, transportasi umumnya sangat bagus. Agar subsidi BBM tepat guna, lebih baik dialokasikan untuk pembangunan transportasi umum yang lebih bagus.
“Sebab, jika transportasi umum bagus dan tarifnya murah, masyarakat akan lebih memilih menggunakan transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi. Dengan strategi seperti ini, menunjang mobilitas masyarakat, juga mampu menekan konsumsi energi,” terangnya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua Umum FPM, Asip Irama, menyinggung soal dampak penggunaan BBM RON rendah yang menghasilkan gas buang buruk terhadap lingkungan. Emisi asap kendaraan pengguna BBM beroktan rendah memicu polutan yang menurunkan kualitas ekologi.
Penggunaan BBM RON rendah, kata Asip, tidak memenuhi ketentuan regulasi bidang lingkungan, sebagaimana Permen KLHK No P20/MENLHK/ SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O. Pasal 3 ayat (2) Permen KLHK menetapkan BBM jenis bensin yang diperbolehkan minimal oktan 91.
“Selama ini, masyarakat kurang awas pada potensi penuruan kualitas lingkungan akibat gas emisi yang dihasilkan dari bensin beroktan rendah. Kecenderungan pengguna memakai BBM RON rendah karena harga murah yang disubsidi negara,” kata dia.
“Padahal, distribusi BBM subsidi jelas tidak tepat sasaran. Ada sekitar 70 persen dari pengguna BBM subsidi adalah orang yang mampu. Karena itu, skema subsidi BBM perlu dikaji dan diatur ulang. Penghentian pasokan produk BBM oktan 89 dan 90, menurut saya, menjadi salah satu alternatif paling mungkin,” sebut Asip
Penulis : Samorano
Editor : Ahmad Farisi