Oleh Abd. Kadir*
Selasa sore, 31 Desember 2024 saya menyempatkan diri untuk menulis catatan pengujung tahun 2024. Ada banyak hal yang telah saya alami dan menjadi momentum yang menghadirkan energi tersendiri dalam diri saya, dan sudah dituliskan dalam catatan akhir tahun saya.
Ketika memasuki malam tahun baru, terlintas dalam pikiran saya bahwa malam itu adalah momentum awal untuk memulai aktivitas di tahun 2025. Tiba-tiba, ada kiriman WA dari teman saya: “Pak, bagaimana perspektif sampeyan, menatap tahun 2025 aman bencana?” Saya hanya tersenyum dan memberikan jawaban secara normatif: “akan saya tulis”.
Karena malam tahun baru 2025 itu saya ada di acara Pemuda Bersalawat yang diadakan Pemkab Sumenep, saya berpikir bahwa menatap tahun 2025 aman bencana di Kabupaten Sumenep ini sejatinya telah dimulai dengan satu momentum penting yaitu dengan kekuatan doa dan salawat. Mengapa saya kategorikan dalam sebuah momentum penting? Karena dengan kekuatan doa inilah diharapkan dalam konteks menghadapi bencana akan menjadi sumber ketenangan, pengharapan, dan perlindungan. Meskipun doa tidak dapat menghindarkan kita dari semua jenis kesulitan atau bencana, tetapi banyak yang meyakini bahwa doa adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, meminta perlindungan, serta memperoleh kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi situasi sulit.
Memulai sesuatu dengan melibatkan Tuhan adalah sebuah keniscayaan. Kita dianjurkan untuk memulai segala sesuatu dengan membaca basmalah. Artinya, di situlah Tuhan dihadirkan untuk setiap aktivitas kita. Bahwa Tuhan tidak bisa dilepaskan dalam setiap aktivitas kita, kapan pun dan di mana pun berada.
Kita berharap bahwa setiap aktivitas yang melibatkan Tuhan, akan senantiasa dijaga, diberikan kelancaran dan keselamatan sehingga memberikan manfaat dan barokah. Termasuk juga dalam memulai tahun baru dengan doa dan salawat, bahwa kehadiran Tuhan akan menjadi kekuatan utama untuk keselamatan dan kemanan dari bencana yang akan menimpa kehidupan kita.
Selain itu, kekuatan doa an sich sepertinya masih belum cukup. Perlu ada langkah nyata yang dilakukan dalam menatap tahun 2025 aman bencana ini.
Pertama, meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan bencana. Upaya ini merupakan langkah utama yang perlu ditempuh. Mengedukasi masyarakat tentang kesadaran dan kesiapsiagaan bencana ini perlu terus diupayakan secara masif, agar bisa memahami risiko bencana di daerah kita, seperti gempa bumi, banjir, atau kebakaran, atau bencana yang lain serta memiliki rencana evakuasi dan perlengkapan darurat sehingga membantu mengurangi dampak bencana.
Kedua, menjaga kelestarian lingkungan. Langkah ini adalah kunci untuk mengurangi risiko bencana alam. Langkah nyata yang bisa dilakukan berupa penanaman pohon untuk mencegah banjir, erosi tanah atau pengelolaan air hujan yang baik untuk menghindari banjir, rantingisasi secara berkala, pembersihan saluran air dari sampah dan hal-hal lain yang bisa mencegah risiko bencana. Kelestarian lingkungan ini perlu diikuti dengan upaya lain yang mendukung seperti pengembangan infrastruktur yang kuat dan tahan terhadap bencana seperti bangunan yang tahan gempa atau sistem drainase yang baik akan sangat mengurangi potensi kerugian akibat bencana.
Ketiga, membangun jaringan solidaritas di komunitas sekitar dapat membantu kita saling mendukung dalam menghadapi bencana. Karena bencana adalah urusan bersama, maka semua pihak adalah stakeholder yang juga memiliki tanggung jawab dalam penanganan bencana. Realitas ini menegaskan bahwa penanggulangan bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab satu pihak, tetapi membutuhkan kerjasama antara berbagai sektor yang saling mendukung. Inilah yang dipahami sebagai multihelix penanganan bencana. Artinya, bahwa keterlibatan berbagai pihak atau aktor—termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat, akademisi, dan media—untuk bekerja sama dalam penanganan bencana adalah niscaya.
Menatap tahun 2025 dengan harapan akan menjadi tahun yang aman dan bebas bencana tentu saja sangat penting, baik untuk kita secara pribadi maupun masyarakat secara keseluruhan. Meskipun tidak ada yang bisa memprediksi dengan pasti apa yang akan terjadi, setidaknya kekuatan doa dan salawat di awal tahun dan upaya nyata yang dilakukan semua pihak untuk mencegah atau meminimalkan risiko bencana, akan menjadi ikhtiar bersama agar terhindar dari bencana. Semoga!
*) Sekretaris BPBD Kabupaten Sumenep