Halalbihalal

Redaksi Nolesa

Senin, 28 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Abd. Kadir Pembina Komunitas Kata Bintang Sumemep (Foto: dok. pribadi)

Abd. Kadir Pembina Komunitas Kata Bintang Sumemep (Foto: dok. pribadi)

Oleh: Abd. Kadir*


Kemarin malam, saya diundang untuk menghadiri acara halalbihalal di Perumahan Satelit, Desa Pabian. Dalam sambutan yang disampaikan Kepala Desa Pabian, bahwa acara ini adalah event tahunan yang dilaksanakan warga. Menariknya, di perumahan Satelit ini, tradisi halalbihalal dilaksanakan oleh tiap RT yang ada di perumahan. Jadi, Kepala Desa telah 7 kali menghadiri undangan warga dalam rangka halalbihaal yang dilaksanakan selama bulan Syawal, karena di Perumahan Satelit ini ada 7 RT.

Hal ini cukup menarik bagi saya karena sejatinya halalbihalal ini merupakan acara yang murni ada di Indonesia dan tidak ada di negeri manapun. Event ini memang menjadi event tahunan bagi masyarakat muslim di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Event yang menjadi kearifan lokal masyarakat Indonesia ini sebenarnya berawal dari kegelisahan Presiden Seoekarno untuk mempersatukan visi kebangsaan pada masa awal kemerdekaan bangsa ini, karena banyaknya friksi dan perbedaan keoentingan di antara tokoh-tokoh bangsa yang ada. Presiden Soekarno meminta saran kepada KH. Wahab Hasbullah untuk mengadakan acara dalam rangka mengumpulkan para tokoh bangsa ini. Akhirnya dengan kecerdasan KH. Wahab Hasbullah diagendakanlah acara yang menggunakan nama di luar istilah politik, nama yang bisa dianggap “netral”, terlepas dari hiruk pikuk politik, meskipun pada substansinya untuk konsolidasi kebangsaan.

Baca Juga :  Kutukan Agama di Masa Depan

Momen inlilah yang kemudian menjadi tradisi di masyarakat kita bahwa setelah kembali ke fitrah, kita membudayakan halabihalal untuk meminta maaf kepada saudara, famili, tetangga dan teman-teman kita. Meskipun pada awalnya untuk menyatukan visi kebangsaan, halalbihalal saat ini sudah bergeser ke penyatuan visi kedamaian dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, khusunya dengan sanak keluarga, tetangga dan teman-teman kita. Makanya, tradisi halalbihalal ini dilaksanakan di berbagai instansi/lembaga keagamaan/komunitas. Ada di kalangan RT seperti di Perumahan Satelit, ada di kantor-kantor, baik pemerintah maupun swasta dan banyak lagi.

Baca Juga :  Antara HSN, Sumpah Pemuda, dan Keindonesiaan

Ketika dikaji lebih jauh, mengapa kita berhalalbihalal? Jawabannya sederhana. Bahwa halalbihalal ini adalah event yang tidak bisa terlepas dari event sebelumnya. Halalbihalal ada karena kita beridul fitri. Idul fitri ada karena kita melaksanakan puasa di bulan Ramadan. Nah, dalam perspektif ini, kembalinya kita ke fitrah/kesucian adalah buah dari ibadah puasa selama satu bulan di bulan Ramadan. Dosa kita yang telah lalu diampuni oleh Allah karena puasa kita yang penuh dengan keimanan dan hanya mengharap ridho Allah. Di sinilah kita dikembalikan oleh Allah kepada fitrah kita.

Namun demikian, dosa yang diampuni itu adalah dosa kita kepada Allah. Sementara, kita adalah makhluk sosial yang pastinya memiliki dosa kepada sesama manusia. Nah, urusan haqqul ‘adami, urusan dosa kepada sesama manusia akan diampuni juga ketika kita mohon maaf kepada sesama manusia. Maka di sinilah substansi kita melaksanakan halalbihalal, dengan tujuan silaturrahim dan saling bermaafan khususnya dengan para tetangga orang-orang terdekat kita. Dengan saling bermaafan ini sejatinya kita berupaya untuk menyempurnakan fitrah kita. Bahwa dosa kita kepada Allah diampuni, dosa kita kepada sesama manusia juga diampuni.

Baca Juga :  Trauma Healing

Di sinilah kita betul-betul berupaya menjadi hamba yang minal ‘aidin wal faizin. Hamba yang kembali ke fitrah dan membuka lembaran baru untuk kehidupan 11 bulan ke depan sampai bulan Ramadan yang akan datang. Menebar kedamaian, membangun kemaslahatan, menjalin silatrrahmi dengan orang-orang di sekitar kita, teman-teman yang selalu berinteraksi dengan kita. Semoga!

*Pembina Komunitas Kata Bintang Sumenep

Editor : Ahmad Farisi

Berita Terkait

Ciri-ciri Tua yang Sering Tidak Disadari Oleh Kita
Sejarah dan Perkembangan Hari Otonomi Daerah
Selamat Jalan Paus Fransiskus; Cahaya Kasih yang Tak Pernah Padam
Kesalehan Sosial: Sebuah Catatan Akhir Ramadan
Membangun Ruang Sosial Lansia di Era Digital
Membenahi Institusi Kepolisian Kita
Hikmah Ramadan: Sabar dan Takdir
Kepada Siapa Kepala Daerah Tunduk?

Berita Terkait

Senin, 28 April 2025 - 20:03 WIB

Halalbihalal

Jumat, 25 April 2025 - 10:23 WIB

Ciri-ciri Tua yang Sering Tidak Disadari Oleh Kita

Jumat, 25 April 2025 - 07:30 WIB

Sejarah dan Perkembangan Hari Otonomi Daerah

Selasa, 22 April 2025 - 16:51 WIB

Selamat Jalan Paus Fransiskus; Cahaya Kasih yang Tak Pernah Padam

Sabtu, 29 Maret 2025 - 20:12 WIB

Kesalehan Sosial: Sebuah Catatan Akhir Ramadan

Berita Terbaru

Presiden Prabowo ditemani Mentri Amran di sebuah lahan pertanian (foto: ist)

Nasional

Di Era Presiden Prabowo, Serapan Beras Tertinggi dalam 58 Tahun

Selasa, 13 Mei 2025 - 07:32 WIB

for NOLESA.COM

Opini

Pesantren di Era Digital: Sebuah Catatan Sederhana

Minggu, 11 Mei 2025 - 11:04 WIB

Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo menerima SK PAW dari Ketua MUI Jatim, KH. Hasan Mutawakil Alallah di Kantor MUI Jatim, Sabtu, 10/5/2025 (foto: ist)

Daerah

Bupati Sumenep Terima SK PAW

Sabtu, 10 Mei 2025 - 19:46 WIB