Puisi berjudul Cinta dan Ingatan yang ditulis oleh Mutia Sukma menggambarkan kisah cinta yang dialami oleh setiap orang. Mutia sejatinya tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Terkadang orang-orang di sekitar penulis dijadikan inspirasi untuk menulis puisi. Mutia menempatkan dirinya pada dunia individual dan dunia sosialnya, sehingga dalam puisi ini menangkap berbagai masalah, kondisi, gejala sosial yang dialaminya dan orang di sekitarnya.
Setiap manusia akan merasakan cinta dalam hidupnya. Terkadang cinta itu datang secara tiba-tiba dan tidak terduga-terduga dalam kehidupan seseorang. Sama halnya dalam puisi ini penyair ingin menggambarkan cinta dan ingatan dalam mencintai seorang pria. Pembaca akan diajak menjelajahi perjalanan cinta dan kenangan yang melekat dalam ingatan penyair.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Semakin penyair menuliskan tiap bait disitulah perasaan yang mendalam dituangkan dalam puisi, seperti “kuwakafkan diriku”, “aku mencintaimu selekat jumat suci”, dan “hatimu yang licin//membuat cintaku//tak mengenal musim”. Berada dalam liputan kenangan dan ingatan “membuka lahan perkuburan” “bayanganmu masih sedemikian hangat”, “pecahanpecahan gambar wajahmu”, “dengan ciuman kekasih pertama yang tertinggal”, dan masih banyak lagi.
Puisi Cinta dan Ingatan bukanlah tentang keindahan kata, melainkan sesuatu yang dapat menembus hati dan ruang imaji pembacanya. Jika dilihat dari ekspresi yang digambarkan dalam puisi ini, penyair lebih menekan pada ekspresi dirinya sendiri. Puisi dengan luapan kata-kata dan ungkapan-ungkapan imajinasi yang dikedepankan penyair mampu mengungkapkan perasaannya.
Dalam artian puisi dalam kumpulan puisi Cinta dan Ingatan ini lebih pada penggambaran, pembentukan, mengekspresikan gagasan, perasaan, pandangan, dan ekspresi penulis terkait dengan cinta. Penyair seolah mengabadikan ingatan tentang yang dicintai ke dalam setiap bait puisi ini.
Sebuah imaji yang dihadirkan, membawa kita kepada titik awal kehidupan. Pembaca diajak mengenal isi perasaan puisi dalam beberapa bait yang ditulis. Bahkan dibawa kepada imaji seorang pria yang digambarkan penyair dalam puisi. Penyair juga memaknai segala cintanya melalui objek-objek lingkungan di sekitarnya, sehingga imajinasi pembaca jalan meski terkadang sulit untuk memaknai kata di setiap bait.
Dalam puisi ini, penyair menjadikan cinta sebagai rumahnya. Rumah ia mengantungkan segalanya pada seorang pria yang dicintai. Penyair juga mengekspresikan cintanya yang begitu dalam melalui puisi cinta.
Puisi Cinta
Aku mencintaimu
Bahkan ketika kemiskinan mengintai kita
Sebab seburuk-buruknya nasib
Sekaligus sekaya-kayanya doa
Barangkali cinta kita yang besar
Tidak bisa dibandingkan dengan luas langit dan lautan
Tapi Tuhan akan melindungi kita
Lebih luas dari keduanya
Mendekap kasihi
Agar kita malu merasa miskin akan dunianya yang kaya
Aku mencintaimu
Meski aku tahu suatu hari
Lilin tak akan dinyalakan lagi di atas cake ulangtahun
Pesta tak digelar
Gelas sirop tetap tersimpan di lemari
Tapi cinta pagi yang murni tidak hilang
Meski embun hanya datang sebentar
Kucintaimu tanpa syarat
Pada dingin nol derajat
Atau suhu tertinggi yang tak tercatat pada termometer
Juga pada waktu yang melebihi angka 12 di dinding rumah kita
2018
Puisi di atas menggambarkan ungkapan cinta yang mendalam dan tulus dari wanita kepada pria yang sangat dicintainya. Dan cinta itu hadir karena takdir Tuhan. Puisi ini juga menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang mampu bertahan meskipun menghadapi berbagai rintangan dan cobaan dalam hidup.
Sejatinya penyair ingin mengabadikan cinta yang Tuhan hadirkan melalui puisi ini. Bahkan kekuatan diri dalam menghadapi segala hal, memperkuat cinta yang ingin disampaikan. Sejumlah puisi dalam kumpulan puisi menampilkan isyarat cinta.
Penyair menghadirkan diksi dalam kumpulan puisi Cinta dan Ingatan ini berbeda dari yang lain. Biasanya penyair pada umumnya dalam menuliskan puisi bertema cinta akan menghadirkan diksi-diksi yang membuat pembaca ikut terbawa suasana, tetapi tidak pada puisi Mutia.
Ia menekan pada puisi cinta realitas yang terdapat pada “sebab bibirmu adalah candu yang kupuja sebagai//ibu kota negara//tempat aku menggantungkan seluruh yang aku punya//kantor//keputusan pusat//kemerdekaan//arsip-arsip tua” dan “aku selalu terjebak remeh-temeh macam ini//selalu protes, seperti demonstran katamu//kalau aku marah toko-toko seakan tutup//jalanan riuh serta ada asap mobil yang setengah terbakar”.
Pada hakikatnya penyair ingin membawa pada titik akhir cinta. Cinta tidak selamanya abadi, namun kenangannya masih tertinggal, dan cinta ini hanya meninggalkan luka yang mendalam. Bukan benci karena kepergiannya, tetapi benci karena lama tidak berjumpa dengannya. Puisi ini dapat dinikmati dengan telaah masing-masing pembaca.
Di samping emosional yang terdapat dalam puisi ini, penyair juga menghadirkan realitas sesuai kehidupan pecintaan pada umumnya. Puisi ini menciptakan gambaran tentang pengalaman cinta dan kenangan yang kuat, sehingga pembaca dapat merenungkan makna di balik kata-kata yang disampaikan penulis.
Melalui puisi ini, penulis ingin mengungkapkan cinta dan ingatannya agar pembaca dapat meresapi dan merenungkan perasaan cinta dan kenangan itu sendiri.