Cinta dan Ingatan Mutia Sukma: Wanita dengan Segala Bentuk Cintanya

Anisa Wida Putri Maharani

Rabu, 29 November 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Puisi berjudul Cinta dan Ingatan yang ditulis oleh Mutia Sukma menggambarkan kisah cinta yang dialami oleh setiap orang. Mutia sejatinya tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Terkadang orang-orang di sekitar penulis dijadikan inspirasi  untuk menulis puisi. Mutia menempatkan dirinya pada dunia individual dan dunia sosialnya, sehingga dalam puisi ini menangkap berbagai masalah, kondisi, gejala sosial yang dialaminya dan orang di sekitarnya.

Setiap manusia akan merasakan cinta dalam hidupnya. Terkadang cinta itu datang secara tiba-tiba dan tidak terduga-terduga dalam kehidupan seseorang. Sama halnya dalam puisi ini penyair ingin menggambarkan cinta dan ingatan dalam mencintai seorang pria. Pembaca akan diajak menjelajahi perjalanan cinta dan kenangan yang melekat dalam ingatan penyair.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Semakin penyair menuliskan tiap bait disitulah perasaan yang mendalam dituangkan dalam puisi, seperti “kuwakafkan diriku”, “aku mencintaimu selekat jumat suci”, dan “hatimu yang licin//membuat cintaku//tak mengenal musim”. Berada dalam liputan kenangan dan ingatan “membuka lahan perkuburan” “bayanganmu masih sedemikian hangat”, “pecahanpecahan gambar wajahmu”, “dengan ciuman kekasih pertama yang tertinggal”, dan masih banyak lagi.

Puisi Cinta dan Ingatan bukanlah tentang keindahan kata, melainkan sesuatu yang dapat menembus hati dan ruang imaji pembacanya. Jika dilihat dari ekspresi yang digambarkan dalam puisi ini, penyair lebih menekan pada ekspresi dirinya sendiri. Puisi dengan luapan kata-kata dan ungkapan-ungkapan imajinasi yang dikedepankan penyair mampu mengungkapkan perasaannya.

Baca Juga :  Tak Lagi Berdiam Diri

Dalam artian puisi dalam kumpulan puisi Cinta dan Ingatan ini lebih pada penggambaran, pembentukan, mengekspresikan gagasan, perasaan, pandangan, dan ekspresi penulis terkait dengan cinta. Penyair seolah mengabadikan ingatan tentang yang dicintai ke dalam setiap bait puisi ini.

Sebuah imaji yang dihadirkan, membawa kita kepada titik awal kehidupan. Pembaca diajak mengenal isi perasaan puisi dalam beberapa bait yang ditulis. Bahkan dibawa kepada imaji seorang pria yang digambarkan penyair dalam puisi. Penyair juga memaknai segala cintanya melalui objek-objek lingkungan di sekitarnya, sehingga imajinasi pembaca jalan meski terkadang sulit untuk memaknai kata di setiap bait.

Dalam puisi ini, penyair menjadikan cinta sebagai rumahnya. Rumah ia mengantungkan segalanya pada seorang pria yang dicintai. Penyair juga mengekspresikan cintanya yang begitu dalam melalui puisi cinta.

 

Puisi Cinta

Aku mencintaimu

Bahkan ketika kemiskinan mengintai kita

Sebab seburuk-buruknya nasib

Sekaligus sekaya-kayanya doa

 

Barangkali cinta kita yang besar

Tidak bisa dibandingkan dengan luas langit dan lautan

Tapi Tuhan akan melindungi kita

Lebih luas dari keduanya

Mendekap kasihi

Agar kita malu merasa miskin akan dunianya yang kaya

 

Aku mencintaimu

Meski aku tahu suatu hari

Lilin tak akan dinyalakan lagi di atas cake ulangtahun

Pesta tak digelar

Gelas sirop tetap tersimpan di lemari

Tapi cinta pagi yang murni tidak hilang

Meski embun hanya datang sebentar

 

Kucintaimu tanpa syarat

Pada dingin nol derajat

Atau suhu tertinggi yang tak tercatat pada termometer

Juga pada waktu yang melebihi angka 12 di dinding rumah kita

 

Baca Juga :  Menjadi Mahasiswa Cerdas dan Tangguh

2018

 

Puisi di atas menggambarkan ungkapan cinta yang mendalam dan tulus dari wanita kepada pria yang sangat dicintainya. Dan cinta itu hadir karena takdir Tuhan. Puisi ini juga menggambarkan cinta sebagai sesuatu yang mampu bertahan meskipun menghadapi berbagai rintangan dan cobaan dalam hidup.

Sejatinya penyair ingin mengabadikan cinta yang Tuhan hadirkan melalui puisi ini. Bahkan kekuatan diri dalam menghadapi segala hal, memperkuat cinta yang ingin disampaikan. Sejumlah puisi dalam kumpulan puisi menampilkan isyarat cinta.

Penyair menghadirkan diksi dalam kumpulan puisi Cinta dan Ingatan ini berbeda dari yang lain. Biasanya penyair pada umumnya dalam menuliskan puisi bertema cinta akan menghadirkan diksi-diksi yang membuat pembaca ikut terbawa suasana, tetapi tidak pada puisi Mutia.

Baca Juga :  Rendahnya Kepercayaan Diri Perempuan Terhadap Pendidikan

Ia menekan pada puisi cinta realitas yang terdapat pada “sebab bibirmu adalah candu yang kupuja sebagai//ibu kota negara//tempat aku menggantungkan seluruh yang aku punya//kantor//keputusan pusat//kemerdekaan//arsip-arsip tua” dan “aku selalu terjebak remeh-temeh macam ini//selalu protes, seperti demonstran katamu//kalau aku marah toko-toko seakan tutup//jalanan riuh serta ada asap mobil yang setengah terbakar”.

Pada hakikatnya penyair ingin membawa pada titik akhir cinta. Cinta tidak selamanya abadi, namun kenangannya masih tertinggal, dan cinta ini hanya meninggalkan luka yang mendalam. Bukan benci karena kepergiannya, tetapi benci karena lama tidak berjumpa dengannya. Puisi ini dapat dinikmati dengan telaah masing-masing pembaca.

Di samping emosional yang terdapat dalam puisi ini, penyair juga menghadirkan realitas sesuai kehidupan pecintaan pada umumnya. Puisi ini menciptakan gambaran tentang pengalaman cinta dan kenangan yang kuat, sehingga pembaca dapat merenungkan makna di balik kata-kata yang disampaikan penulis.

Melalui puisi ini, penulis ingin mengungkapkan cinta dan ingatannya agar pembaca dapat meresapi dan merenungkan perasaan cinta dan kenangan itu sendiri.

Berita Terkait

Inner Beauty: Kecantikan yang Abadi
Fenomena “Teman tapi Menikah”: Beneran Jodoh, FOMO, atau Last Option?
Jika Kepedulian itu Tak Ada
Tak Lagi Berdiam Diri
Sejuta Kegigihan, Menjemput Mimpi Perempuan
Cantik Memang Bukan Segalanya, Tapi Beauty Previlage itu Nyata
Menjadi Mahasiswa Cerdas dan Tangguh
Kehadiran Puan Maharani Mampu Menginspirasi Ibu PKK di Sumenep, Terutama Soal Melewati Tantangan Hidup

Berita Terkait

Jumat, 13 Desember 2024 - 10:20 WIB

Inner Beauty: Kecantikan yang Abadi

Senin, 11 November 2024 - 21:00 WIB

Fenomena “Teman tapi Menikah”: Beneran Jodoh, FOMO, atau Last Option?

Selasa, 25 Juni 2024 - 00:22 WIB

Jika Kepedulian itu Tak Ada

Jumat, 21 Juni 2024 - 09:07 WIB

Tak Lagi Berdiam Diri

Kamis, 13 Juni 2024 - 09:00 WIB

Sejuta Kegigihan, Menjemput Mimpi Perempuan

Berita Terbaru

Ilustrasi (pixabay/nolesa.com)

Puisi

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Rabu, 25 Des 2024 - 08:36 WIB