Apa Itu Kaum Sofis dan Kenapa Dicap Negatif?

Redaksi Nolesa

Jumat, 2 Februari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Yogyakarta, NOLESA.COM- Apa yang dimaksud dengan kaum sofis dan kenapa kerap kali mereka mendapat stigma negatif dari kebanyakan?

Kaum Sofis merupakan kelompok filsuf pada abad ke-5 hingga ke-4 SM di Yunani Kuno yang dikenal dengan kecenderungan mereka untuk mengutamakan kebijaksanaan dan pengetahuan atas segala hal.

Mereka dianggap sebagai tokoh yang menonjol dalam mengembangkan pemikiran filosofis, namun, sering kali, kaum Sofis juga mendapatkan stigma negatif dalam sejarah pemikiran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Stigma ini berkembang sebagai pandangan buruk terhadap mereka yang menggambarkan kaum Sofis sebagai individu yang bersifat opportunistik dan tidak memiliki komitmen terhadap nilai-nilai moral atau kebenaran mutlak.

Para Sofis terkenal dengan keahlian retorika dan keterampilan berbicara mereka, yang mereka ajarkan kepada orang lain dalam bentuk kursus-kursus pembelajaran.

Baca Juga :  Menembus Batas: Kisah Inspiratif Qurratul A'yuni Wisudawan Terbaik MTs Nasy-atul Muta'allimin Candi dari Pelosok Gunung Pekol

Mereka meyakini bahwa keberhasilan dalam kehidupan tergantung pada kemampuan seseorang untuk meyakinkan dan memengaruhi orang lain melalui kata-kata.

Namun, pandangan ini sering kali dianggap sebagai manipulatif dan mencurigakan oleh sebagian kalangan.

Kaum Sofis, dengan fokus pada retorika, sering disalahartikan sebagai individu yang hanya tertarik pada kepentingan pribadi dan tidak memiliki prinsip moral yang tetap.

Salah satu tokoh Sofis yang paling terkenal adalah Protagoras, yang terkenal dengan pernyataannya “Man is the measure of all things” yang diterjemahkan sebagai “Manusia adalah ukuran dari segala sesuatu.”

Pernyataan ini mencerminkan pandangan relativisme moral yang menjadi sorotan kritik terhadap kaum Sofis.

Mereka dianggap mengajarkan bahwa nilai dan norma tidak bersifat tetap dan bergantung pada pandangan atau interpretasi individu.

Hal ini menyebabkan mereka dianggap sebagai agen kebingungan moral yang dapat mempengaruhi masyarakat ke arah yang tidak stabil dan tidak pasti.

Baca Juga :  Irwan Langsung Bergabung dengan Pemain Musik Klenengan

Distigma negatif terhadap kaum Sofis juga terkait dengan pandangan skeptis mereka terhadap pengetahuan mutlak.

Mereka seringkali menekankan bahwa kebenaran bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan konteks atau pandangan subjektif.

Pandangan ini menuai kritik karena dianggap merongrong fondasi nilai dan kebenaran yang tetap, yang selama ini dipegang teguh oleh masyarakat.

Skeptisisme ini menciptakan persepsi bahwa kaum Sofis tidak dapat diandalkan dalam mempertahankan nilai-nilai inti dan kebenaran objektif.

Selain itu, praktik-praktik kaum Sofis yang melibatkan pembayaran atas kursus retorika dan pengajaran etika juga menjadi faktor penyebab distigma negatif.

Beberapa di antara mereka dituduh memanfaatkan kebutuhan orang-orang yang ingin meningkatkan keterampilan berbicara mereka untuk keuntungan pribadi.

Hal itu menyebabkan persepsi bahwa kaum Sofis lebih memprioritaskan aspek komersial daripada misi filosofis mereka.

Baca Juga :  Bekal Kesuksesan Orang Madura hanya Tiga

Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua anggota kaum Sofis memiliki motivasi yang sama, dan generalisasi terhadap seluruh kelompok dapat menjadi ketidakadilan.

Beberapa Sofis, seperti Gorgias, menekankan keindahan dan kekuatan retorika sebagai sarana untuk mencapai kebenaran, bukan hanya sebagai alat manipulasi.

Oleh karena itu, untuk memahami kaum Sofis secara utuh, penting untuk mempertimbangkan keragaman pandangan di dalam kelompok ini.

Penting juga untuk mengakui kontribusi positif kaum Sofis terhadap perkembangan pemikiran filosofis.

Mereka membawa pemikiran dan metode baru ke dalam dunia filsafat, membuka jalan bagi perdebatan dan refleksi lebih lanjut tentang sifat pengetahuan, etika, dan retorika.

Namun, terlepas dari stigma negatif, kaum Sofis memberikan kontribusi penting terhadap evolusi intelektual dan budaya Yunani Kuno.

Penulis : Susi Rukmini

Editor : Ahmad Farisi

Berita Terkait

Inner Beauty: Kecantikan yang Abadi
Inilah Manfaat Daun Kemangi, Nomor 3 Sangat Cocok Jelang Musim Hujan
Fenomena “Teman tapi Menikah”: Beneran Jodoh, FOMO, atau Last Option?
Memasuki Musim Hujan, Konsumsi 3 Buah Ini untuk Menjaga Kekebalan Tubuh
Mengingatkan, Ini Sejarah Singkat Lahirnya Sumpah Pemuda
Langkah Kecil untuk Mimpi Besar: Kisah Inspiratif Pasangan F. Haris Oktaviano dan Lorensa Advenia Berdayakan Pekerja dan Peserta Didik
4 Poin Penting Menilai Calon Pemimpin
Erna Sujarwati, Sosok Politisi Perempuan yang Dikenal Tegas

Berita Terkait

Jumat, 13 Desember 2024 - 10:20 WIB

Inner Beauty: Kecantikan yang Abadi

Selasa, 12 November 2024 - 03:07 WIB

Inilah Manfaat Daun Kemangi, Nomor 3 Sangat Cocok Jelang Musim Hujan

Senin, 11 November 2024 - 21:00 WIB

Fenomena “Teman tapi Menikah”: Beneran Jodoh, FOMO, atau Last Option?

Jumat, 1 November 2024 - 18:35 WIB

Memasuki Musim Hujan, Konsumsi 3 Buah Ini untuk Menjaga Kekebalan Tubuh

Senin, 28 Oktober 2024 - 07:44 WIB

Mengingatkan, Ini Sejarah Singkat Lahirnya Sumpah Pemuda

Berita Terbaru

Ilustrasi (pixabay/nolesa.com)

Puisi

Puisi-puisi Tundra Alif Juliant

Rabu, 25 Des 2024 - 08:36 WIB