Tahan! Jaga Diri dari Sembarangan Menuduh dan Menyebarkannya

Redaksi Nolesa

Jumat, 20 Desember 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sujono (foto: nolesa.com)

Sujono (foto: nolesa.com)

Oleh Sujono

(Penulis lepas tinggal di Perum Satelit, Sumenep)


Sungguh, sangat beruntung Ath-Thabari yang mendapatkan nikmat berupa tuduhan dusta sampai-sampai jenazahnya pun tak boleh dikuburkan di siang hari.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penuduhnya bukan sembarang. Dua orang besar anak dari dua tokoh sangat besar. Ia dilarang mengajar. Tapi itu justru menjadi masa yang syahdu untuk menulis kitab-kitab yang kelak menjadi rujukan utama Ahlus Sunnah hingga masa ini.

Tetapi itu merupakan kerugian yang besar bagi yang menuduh. Betapa ringannya menuduh, betapa beratnya akibat yang harus ditanggung. Adakah yang semacam ini akan terulang kelak? Adakah kita termasuk bagiannya?.

Baca Juga :  Alasan Kita Bertuhan

Selain Ath-Thabari, Imam Syafi’i maupun Imam Ahmad yang menjadi tokoh rujukan Ahlus Sunnah, juga pernah digebuki dan disiksa dengan tuduhan menyebarkan kesesatan.

Bagi yang dituduh, itu tidak mendatangkan mudharat akhirat jika ia bersabar. (Orang lain beramal, pahalanya bagi dia, jika dia tetap tidak ridho terhadap orang yang memfitnah dan menyebarkannya). Makin besar andilnya dalam membuat berita bohong atau menyebarkannya, makin besar pula azab Allah Ta’ala baginya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengingatkan kita; “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar.” (QS An-Nur: 11).

Baca Juga :  KESUNYIAN

Masih ingat Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW. yang paling dicintai setelah Khadijah? Aisyah itu orang yang terjaga. Serupa Maryam. Belum sempat mengalami puber, sudah menikah dengan lelaki terbaik; Muhammad SAW. Tak punya social media yang memudahkan ngobrol dengan orang lain di dunia maya. Tak pernah juga mengalami cinta monyet.

Tetapi…

Wanita semulia itu. Seterjaga itu. Tetap saja terkena fitnah dan tudingan. Siapa yang memfitnah? Orang beriman. Salah satunya bahkan penyairnya Rasulullah SAW, di Medan Perang.

Baca Juga :  Kerukunan Umat Beragama: Fondasi Pemilu 2024 yang Harmonis

“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS An-Nur: 15).

Penyebab orang mudah berpartisipasi menyebarluaskan tuduhan, meskipun tidak merasa menyebarluaskan (cuma share kok…), adalah karena menganggapnya sebagai perkara yang ringan. Padahal di sisi Allah Ta’ala, itu merupakan persoalan yang sangat besar.

Berita Terkait

Menggali Kekuatan Jiwa
Muhasabah: Belajar Menggali Kekuatan Jiwa
Abu Ustman Al-Hiri: Menjaga Getar Perasaan Wanita
Krisis Nepal: Pelajaran untuk Indonesia
Klarifikasi dan Luka Sosial
Saatnya Negara Berbenah
Protes Publik dan Pemerintah yang Gagal Paham
Seleksi Calon Hakim Konstitusi dan “Tafsir Sesat” DPR

Berita Terkait

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:52 WIB

Menggali Kekuatan Jiwa

Jumat, 26 September 2025 - 13:55 WIB

Muhasabah: Belajar Menggali Kekuatan Jiwa

Jumat, 19 September 2025 - 07:54 WIB

Abu Ustman Al-Hiri: Menjaga Getar Perasaan Wanita

Kamis, 11 September 2025 - 06:14 WIB

Krisis Nepal: Pelajaran untuk Indonesia

Senin, 8 September 2025 - 20:16 WIB

Klarifikasi dan Luka Sosial

Berita Terbaru

(for NOLESA.COM)

Mimbar

Menggali Kekuatan Jiwa

Jumat, 24 Okt 2025 - 12:52 WIB

for NOLESA.COM

Esai

Refleksi Hari Santri Nasional 2025

Jumat, 24 Okt 2025 - 12:28 WIB