Politik, NOLESA.com – Pengamat politik Rocky Gerung memberi tanggapan atas keluarnya Partai Demokrat dari Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP).
Menurut Rocky Gerung, sebaiknya Partai Demokrat tidak ke mana-mana. Melainkan tetap konsisten sebagai ‘partai perubahan’ dan fokus pada target parlemen atau legislatif.
Sebab, menurut pengamat politik dan akademisi tersebut, Partai Demokrat adalah partai yang identik dengan narasi perubahan dan anti-tesa dari pemerintahan Presiden Jokowi.
Sementara partai-partai yang lain, justru sebaliknya, sangat identik dan bahkan secara terang-terangan mengusung narasi keberlanjutan dari Kabiner Indonesia Maju.
Baik Koalisi Ganjar Pranowo yang terdiri dari PDI-P, PPP, dan Perindo atau Koalisi Indonesia Maju yang terdiri dari Gerindra, Golkar, dan PAN, semuanya sama-sama mengusung narasi keberlanjutan.
“Jadi udah perkuat legislatif tu, dengan mengedarkan moral baru bahwa Demokrat tidak menginginkan ada tukar tambah yang masih berbau kepentingan Jokowi, nah kalo itu diucapkan lebih keras, keras, bahwa ini sebenarnya bukan hanya Surya Paloh yang berkhianat, toh Anies yang berkhianat. Tapi ini memang ada keinginan dari Presiden Jokowi. Tapi kalo kemudian AHY dipasangkan dengan Mega, itu berkurang nilai keotentikannya [Partai Demokrat] tu,” kata Rocky Gerung dalam tayangan YouTub-nya Rocky Gerung Official pada Sabtu, (2/9/2023).
Dengan begitu, maka Partai Demokrat akan dilihat sebagai partai yang konsisten dengan ide-ide perubahan. Sehingga, rakyat yang menganggap penting adanya perubahan, menjadikan Partai Demokrat sebagai idola atau partai pilihan yang tepat.
Selain itu, dengan cara semacam itu, rakyat juga akan melihat Partai Demokrat sebagai partai yang dewasa, tidak baperan dan ngambekan.
“Kalau begitu memang ada frontalisasi etik antara Demokrat dengan Bapak Jokowi. Itu lebih tegas sebetulnya tuh. Sehingga publik bisa memilih antara SBY yang tegak lurus dengan nilai di dalam demokrasi, atau menganggap SBY baperan. Itu tu yang harus dihindari, jangan sampek terus menerus dianggap ngambek,” ujar Rocky Gerung.
Sebelumnya, Partai Demokrat menyatakan keluar (out) dari Koalisi Perubahan dan menarik dukungannya kepada bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan.
Hal itu dilakukan Partai Demokrat setelah mengetahui bahwa Anies Baswedan memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) A. Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai bakal calon wakil presiden (bacapres) dirinya.
“Pertama, Demokrat cabut dukungan Anies Baswedan sebagai capres pilpres 2024. Kedua, Partai Demokrat tidak lagi berada di dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan karena terjadi pengingkaran kesepakatan yang dibangun selama ini,” kata Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng, di Cekeas, Jawa Barat, Jumat sore (1/9/2023).
Penulis: Arif