Revitalisasi Kearifan Lokal sebagai Identitas Bangsa di Tengah Gempuran Ideologi Transnasional!

Redaksi Nolesa

Sabtu, 15 Oktober 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Khotim Z*


Sejak di prolaklamasikan (17 Agustus 1945), format nasionalisme Republik Indonesia adalah mozaik keberagaman yang multikultural dan pluralistik yang menampung berbagai perbedaan budaya, etnis dan ideologi (Suyono, 2016).

Kearifan lokal, menurut Suyono adalah kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) dan kearifan hidup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam konteks keindonesiaan, kearifan lokal yang ada, dari berbagai suku-bangsa yang terdapat di Indonesia bisa dikatakan telah mengkristal dalam sebuah ideologi bangsa yang bernama Pancasila yang di dalamnya terdapat lima poin utama, yakni:

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa
  2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
  5. Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Pengkristalan nilai-nilai kearifan lokal ke dalam sebuah ideologi besar, yakni Pancasila adalah sebuah komitmen bangsa Indonesia untuk memelihara dan mengakomodasi apa yang telah menjadi kebiasaan masyarakat Nusantara sejak dulu.

Karena, di dalam warisan bernama kearifan lokal itu, adalah banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa dijadikan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ini, seperti menjaga kemanusiaan.

Baca Juga :  Black Champaign, Negative Champaign dan Ancaman Polarisasi

Namun, di era yang semakin praktis, dan zaman yang semakin menggeser kehidupan umat manusia ke arah yang pragmatis, kearifan lokal yang merupakan warisan luhur nenek moyang itu kini telah mulai tergerus. Khususnya di tangan generasi muda.

Nilai-nilai kearifan lokal warisan sang moyang kerap kali ditelantarkan, dianggap tidak modern, dan tradisional. Sehingga tak jarang keberadaannya kadang seringkali dianaktirikan.

Sementara budaya-budaya baru, yang tidak jelas asal-usulnya, dengan mudah dan dengan cepat menemukan tempatnya di dalam kehidupan kita.

Hal itu tentu cukup mengkhawatirkan. Seharusnya, apa yang telah menjadi warisan sang moyang, selama itu baik untuk kehidupan kita mesti kira rawat dan kita pelihara. Sebagai pedoman dan prinsip menjalani kehidupan. Sebab, kearifan lokal adalah identitas bangsa yang sudah ada sejak sebelum bangsa Indonesia ini lahir.

Baca Juga :  Politik Jahat Boy Thahir, Menjegal Anies & Ganjar

Revitalisasi kearifan lokal

Berangkat dari akar masalah berupa tergerusnya nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa ini, maka sejatinya kondisi ini sudah selayaknya untuk kembali kita revitalisasi. Agar apa yang telah menjadi identitas bangsa sejak dulu, tidak hilang begitu saja di telan perkembangan zaman.

Karena, hilangnnya kearifan lokal sebagai identitas bangsa adalah tanda bahwa bangsa ini mengalami destruksi sekaligus delusi kebangsaan yang tidak baik.

Revitalisasi, berdasarkan pengertiannya adalah sebuah proses, cara dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apa pun. Sehingga secara umum pengertian dari revitalisasi merupakan usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.

Beragam kata revitalisasi sering dipergunakan untuk melakukan satu tujuan misalkan revitalisasi pendidikan, kebudayaan, kawasan, atau juga kearifan lokal (wikipedia.org).

Berdasarkan pengertian itu, maka revitalisasi kearifan lokal dapat kita definisikan sebagai sebuah ikhtiar untuk mengarusutamakan kembali nilai-nilai dan pandangan hidup yang telah diwariskan oleh para moyang kita.

Baca Juga :  Ekspresi Jiwa Manusia dalam Amuk Karya Sutardji Calzoum Bachri

Hal itu penting untuk dilakukan dengan melihat pada dua pertimbangan: pertama, seperti yang dikatakan di muka, karena nilai-nilai kearifan lokal itu sudah mulai tergerus.

Dan kedua, adanya gempuran ideologi transnasional yang sejak dua dekade lalu telah mengancam eksistensi kebangsaan Indonesia.

Dengan adanya revitalisasi kearifan lokal, diharapkan imun kebangsaan kita akan lebih kuat untuk menyikapi masalah radikalisme dan terorisme ini. Karena, sebagaimana kita ketahui, kearifan lokal mampu memberi kita pancaran kedamaian, jauh dari kehidupan yang destruktif dan pongah.

Revitalisasi kearifan lokal ini salah satunya bisa dilakukan dengan cara sepenuhnya menjadikan Pancasila (sebagai bentuk kristalisasi kearifan lokal dan identitas bangsa) sebagai pedoman hidup bermasyarakat.

Artinya, Pancasila yang sejauh inj lebih banyak dibicarakan sebagai sebuah ide dan gagasan harus sudah menerobos jauh ke dalam bentuk aksi yang nyata. Wallahua’lam.


*) Khotim Z, penikmat buku

Editor: Farisi Aris

Berita Terkait

Aneh?
Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri
Puisi-Puisi Lusa Indrawati
Sang Bidak
Gili Iyang: Agama, Budaya, dan Identitas Maritim
Fungsi dan Contoh Penggunaan Imbuhan ”Ber-“
Inilah Istilah Gaul yang Selalu Muncul pada Bulan Ramadan
Menghadapi Ujian Hidup Bersama Al-Qur’an dan Filosofi Teras

Berita Terkait

Senin, 31 Maret 2025 - 02:14 WIB

Aneh?

Minggu, 9 Maret 2025 - 12:00 WIB

Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri

Minggu, 9 Maret 2025 - 10:00 WIB

Puisi-Puisi Lusa Indrawati

Minggu, 9 Maret 2025 - 08:30 WIB

Sang Bidak

Jumat, 7 Maret 2025 - 19:31 WIB

Gili Iyang: Agama, Budaya, dan Identitas Maritim

Berita Terbaru

Top Isu Sumenep Terkini (ilustrasi nolesa.com)

Daerah

Top Isu Sumenep Terkini

Senin, 14 Apr 2025 - 00:32 WIB

e-SIM Aman: Menkomdigi Meutya Hafid dan Wamenkomdigi Nezar Patria dalam sosialisasi migrasi ke e-SIM dan Pemutakhiran Data di Jakarta (Foto: IP/nolesa.com)

Nasional

Soal Keamanan e-SIM, Begini Kata Menteri Meutya

Minggu, 13 Apr 2025 - 07:30 WIB

Ilustrasi seorang istri minta maaf kepada suami saat hari raya Idul Fitri (Foto: ist/nolesa.com

Opini

Aneh?

Senin, 31 Mar 2025 - 02:14 WIB