Qurban; Allah Ingin Menguji Hamba-Nya Apakah Berbaik Sangka pada-Nya?

Redaksi Nolesa

Sabtu, 8 Juni 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sujono (Foto: dokumen pribadi)

Sujono (Foto: dokumen pribadi)

Oleh: Sujono

(Penulis lepas tinggal di Perum Satelit Sumenep)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw, bersabda; Barangsiapa mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berqurban, maka janganlah ia menghampiri (mendekati) tempat shalat kami. (Ahmad & Ibnu Majah)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rasulullah Saw, memerintahkan berqurban dengan bahasa yang tegas dan lugas, bahkan disertai ancaman.

Berqurban tidak hanya sekadar mengalirkan darah binatang ternak. Namun, lebih dari itu, berqurban berarti “tunduk total” terhadap perintah-Nya.

Lewat perintah berqurban, Allah Ta’ala ingin menguji hamba-hamba-Nya apakah berbaik sangka kepada-Nya sebagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, atau berburuk sangka seperti Qabil yang lebih menuruti logika dan kemauan syahwatnya sendiri?

Baca Juga :  Urgensi Independensi Pers dalam Kancah Demokrasi

Qabil justru membunuh saudara kembarnya karena menganggap hal itulah yang lebih masuk akal. Ia tidak percaya terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kita telah tahu bagaimana pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yang harus meninggalkan istrinya, Siti Hajar dan putranya Ismail ‘alaihissalam yang masih bayi di lembah yang tandus dan jauh dari keramaian, tanpa makanan dan minuman.

Kita juga tahu bagaimana Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, harus berqurban. Ia diperintah untuk menyembelih sang anak (Ismail ‘as), ketika di puncak kerinduannya.

Baca Juga :  Membaca Manuver Presiden

Jika sikap berqurban atas dasar iman itu tertanam pada diri kaum Muslimin tanpa keraguan sebagaimana Nabi Ibrahim, niscaya umat Islam akan maju dalam segala hal.

Guru berqurban dengan ilmunya, si kaya berqurban dengan hartanya, para politikus berqurban dengan waktu dan kepintarannya, dan seterusnya.

Kita harus berani menyembelih kemauan pribadi yang bertentangan dengan kemauan syariat.

Dari berqurban kita bisa berbagi. Dari berbagi inilah kita retas sekat pemisah antara si kaya dan si miskin.

Lima belas abad yang lampau, Rasulullah Saw, berkumpul bersama para Sahabatnya di suatu majelis.

Baca Juga :  Mahkamah Agung dan Matinya Keadilan Substansial

Kebanyakan Sahabat yang duduk bersama Rasulullah Saw, saat itu adalah kaum dhuafa’. Sekedar menyebut beberapa nama Sahabat yang hampir semuanya bekas budak, yakni; Salman al-Farisi, Ammar bin Yasir, Bilal bin Rabah, Suhayb, Khabab bin al-Arat.

Mereka adalah orang-orang yang hidupnya sangat sederhana, jika tidak mau dikatakan miskin. Pakaian mereka lusuh dan berbulu kasar.

Namun…! 

Meskipun mereka kaum dhuafa’ bukan berarti mereka lemah. Justru merekalah perintis penegakan peradaban Islam. Jadi, jangan sepelekan kaum dhuafa’.

Wallahu a’lam…

Berita Terkait

Isra Mikraj Sebuah Perjalanan Spiritual yang Hanya Bisa Dipercaya oleh Orang yang Beriman
Akhir dari Presidensial Threshold
Catatan Pengujung Tahun 2024
Isu Politisasi Hukum dan Marwah Penegakan Hukum Kita
Kritik Adalah Harga Diri Kita
Membaca Manuver Mas Wapres
Tahan! Jaga Diri dari Sembarangan Menuduh dan Menyebarkannya
Serba-serbi Guru

Berita Terkait

Jumat, 24 Januari 2025 - 08:23 WIB

Isra Mikraj Sebuah Perjalanan Spiritual yang Hanya Bisa Dipercaya oleh Orang yang Beriman

Selasa, 7 Januari 2025 - 05:10 WIB

Akhir dari Presidensial Threshold

Selasa, 31 Desember 2024 - 15:44 WIB

Catatan Pengujung Tahun 2024

Senin, 30 Desember 2024 - 20:43 WIB

Isu Politisasi Hukum dan Marwah Penegakan Hukum Kita

Kamis, 26 Desember 2024 - 16:00 WIB

Kritik Adalah Harga Diri Kita

Berita Terbaru

Harga Tembakau Sumenep Melambung, Petani Tambah Beruntung (Foto: nolesa.com)

Daerah

Harga Tembakau Sumenep Melambung, Petani Tambah Beruntung

Selasa, 18 Feb 2025 - 18:20 WIB

Dendam (Ilustrasi Pixabay)

Cerpen

DENDAM

Sabtu, 15 Feb 2025 - 07:00 WIB