Inspirasi — Jum’at 29 Juli 2022, sekitar pukul 20.20 WIB tadi malam, saya dan sejumlah sahabat PMII Kota Malang tiba di kediaman Fauzan Alfaz, penulis sejarah PMII Nasional yang berjudul ‘PMII dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan’.
Kedatangan saya tak lain bermaksud untuk silaturahim dan sekaligus memberikan buku sejarah PMII Sumenep yang bertajuk ‘Napak Tilas Gerakan Mahasiswa: Historiografi PMII Sumenep Tahun 1999-2007’ terbitan Bulan Februari 2021 kemaren.
Kemudian, setelah dipersilahkan duduk saya berikan buku yang sengaja dibawa untuk diberikan kepada beliau, “Mas, ini buku saya. Alhamdulillah sudah terbit meskipun banyak kekurangan sana-sini. Mohon masukan dan arahannya”.
Seketika ruangan dimana kami duduk bersama Mas Fauzan hening tanpa kata-kata. Terlihat, beliau memperhatikan cover depan dan belakang buku yang saya berikan.
“Buku ini meskipun masih di tingkatan lokal, PMII di Kabupaten Sumenep, itu sudah karya yang sangat bagus menurut saya mas. Karena kalau mau jujur di semua cabang besar seluruh Indonesia itu belum punya sejarah sendiri. Dan itu muncul dari Sumenep,” kata Mas Fauzan kepada kami.
Menurutnya, PMII Malang hingga saat ini belum punya buku sejarah sendiri yang menjadi sumber rujukan pengetahuan sejarah bagi kader PMII yang ada di kabupaten yang dikenal dengan Kota Pendidikan. Bahkan, urutan Ketua PC PMII Malang dari masa ke masa belum lengkap.
“Ketua pertama dan kedua sudah ketemu, tapi ketua ketiga tidak ditemukan. Ada periodenya ketemu tapi namanya gak jelas, begitupun sebaliknya, tahun kepengurusannya jelas, tapi orangnya gak jelas,” tuturnya.
“Ya, ini tugas kader PMII yang saat ini masih aktif di kepengurusan. Wong saya dulu, nulis buku sejarah PMII ini ketika menjadi ketua Cabang PMII Malang,” sambungnya.
Pria kelahiran Bangkalan Madura ini mengungkapkan bahwa kader maupun alumni PMII banyak yang menjadi penulis hebat, tapi mereka jarang sekali menulis sejarah kelembagaan PMII itu sendiri.
“Nanti kalau ada buku sejarah PMII yang menulis di luar kader PMII malah marah-marah. Makanya buktikan kalau kader PMII juga mampu menulis sejarahnya sendiri,” katanya menegaskan.
Padahal, menurutnya para founding father PMII memiliki beground penulis. Salah satunya, Mahbub Djunaidi selaku Ketua PMII 1960-1967, yang merupakan penulis aktif. Tulisannya dimuat di pelbagai majalah bergengsi pada waktu itu, seperti Mimbar Indonesia (esai) dan sejumlah esai yang terkumpul dari kolom Asal Usul berjumlah 236 buah tersebut.
“Ya, kalau kader-kader PMII gak bisa nulis sangat keterlaluan mas,” katanya mengungkapkan.
Kemudian, saya memberanikan diri mengungapkan bahwa wacana penulis sejarah PMII Sumenep sudah ada sejak tahun 2003. Bahkan, tahun kepengurusan PMII Sumenep berikutnya mulai membentuk tim kepenulisan sejarah PMII Sumenep.
“Kata alumni PMII di Sumenep mas, dulu ada tim 7 dan tim 9 untuk menulis sejarah PMII Sumenep, tapi gak ada tindak lanjut dan hasil yang konkret hingga kepengurusan PMII usai,” kata Fauzi mengungkap.
Kemudian, Fauzan Alfaz menjawab dengan tegas, “Dulu, masanya Malik Haramain sebagai Ketua Umum PB PMII juga membentuk tim menulis sejarah PMII Nasional mas. Kurang lebih rapat sebanyak delapan kali, hasilnya hanya catatan rapat saja,” tuturnya.
“Makanya saya panggil Mas Malik untuk ke rumah dan saya tunjukkan naskah saya untuk diterbitkan PB PMII,” sambungnya.
Untuk itu dirinya menambahkan, buku ‘PMII dalam Simpul – Simpul Sejarah Perjuangan’, lanjut Fauzan Alfaz, ada yang meneruskan. Pasalnya, buku itu ditulis hanya dari sejak PMII berdiri hingga Tahun 1997, tepatnya pada masa kepemimpinan Muhaimin Iskandar (PB PMII Periode 1994-1997).
“PMII setelah itu banyak perubahan yang sangat signifikan, seperti munculnya Paradigma Kritis Transformatif. Paradigma ini membuat perubahan yang sangat berbeda mulai dari sejak berdiri . Dan ini belum saya tulis, jadi saya menantang temen temen yang lain , yang masih aktif terutama untuk meneruskan buku itu,” pungkasnya.
Setelah itu, Fauzan Alfaz beranjak dari tempat duduknya mengambilkan dua buku tebal berjudul ‘Jejak Sang Pelopor Penggerak Perubahan’ dan diberikan kepada saya.
“Nah, buku ini mengulas pelopor PMII. Kalau satunya buku Sejarah PMII dan yang ini adalah tokoh yang lahir dari PMII. Supaya tidak hanya tahu sejarah, tapi juga mengenal kader PMII yang ditokohkan,” beber Fauzan Alfaz.
Sebatas informasi tambahan, Fauzan Alfaz saat ini tengah menyelesaikan buku bertajuk Napak Tilas Menjelang Satu Abad Nadhlatul Ulama’. Buku tersebut terdiri dari 20 jilid dengan ketebalan buku kurang lebih 3 meter.(*)
Fauzi, Malang 29 Juli 2022