Pentingnya Literasi Digital di Era Revolusi Industri 5.0

Redaksi Nolesa

Minggu, 28 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Muhammad Ridwan Hanafie

Era terkini kemajuan pesat teknologi artificial intelligence (AI) membawa implikasi besar terhadap sektor pendidikan. Sejarah panjang evolusi teknologi telah menciptakan peluang baru dan, sekaligus, tantangan yang tak terelakkan.

Perkembangan AI yang pesat membuka pintu untuk inovasi signifikan di sektor pendidikan. Dengan kecerdasan buatan, proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa, menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal dan terfokus. Namun, di balik kemungkinan luar biasa ini, kita juga dihadapkan pada pelbagai tantangan yang mengiringi integrasi teknologi ini dalam dunia pendidikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dua pertanyaan mendasar perlu kita jawab: Apa saja potensi positif dan bahaya yang terkait dengan pemanfaatan AI di dunia pendidikan? Bagaimana kita dapat mengatasi risiko yang mungkin muncul dan memastikan bahwa pemanfaatan teknologi ini membawa dampak positif?

Pemanfaatan AI menjanjikan transformasi mendasar dalam pendekatan pembelajaran. Pertama, kecerdasan buatan dapat membentuk pengalaman pembelajaran yang lebih personal dan sesuai kebutuhan siswa. Dengan analisis data yang cermat, sistem dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan setiap siswa, memungkinkan pendekatan pembelajaran yang difokuskan.

Kedua, AI memungkinkan pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. Dengan memanfaatkan teknologi seperti augmented reality atau virtual reality, guru dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang memikat, meningkatkan keterlibatan siswa secara signifikan.

Kasus pembelajaran adaptif di Finlandia memberikan gambaran nyata tentang bagaimana AI meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Sebagai ilustrasi, “Kide Science,” platform pembelajaran yang memanfaatkan AI, secara efektif memperluas pengalaman belajar sains anak-anak, membantu guru menyajikan materi dengan cara yang lebih menarik dan relevan.

Perkembangan teknologi AI yang pesat juga terwujud dalam implementasi platform pembelajaran adaptif seperti “DreamBox” yang berhasil meningkatkan kemampuan matematika siswa secara signifikan. Dalam kata-kata Thomas Arnett, seorang pakar pendidikan, “Penggunaan AI memungkinkan personalisasi pembelajaran secara langsung, membantu siswa memahami konsep-konsep kritis dengan cara yang lebih mendalam.”

Baca Juga :  Childfree dan Rahasia Awet Muda Gitasavitri

Selain itu, pemanfaatan AI dalam penilaian dapat membawa keakuratan dan objektivitas yang lebih tinggi. Proses penilaian yang didasarkan pada analisis data dapat mengurangi bias dan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kemajuan siswa.

Dalam konteks penilaian, sistem AI seperti “Edulastic” membantu menciptakan pengalaman penilaian yang lebih adil. Seperti diungkapkan oleh Susan Whitford, seorang guru, “Edulastic memberikan analisis yang lebih mendalam dan objektif, memungkinkan kita merespon kebutuhan individual siswa dengan lebih baik.”

Terakhir, efisiensi dan efektivitas pembelajaran dapat ditingkatkan melalui penggunaan AI. Automatisasi tugas administratif guru dapat memberikan lebih banyak waktu untuk fokus pada interaksi langsung dengan siswa, menciptakan pengalaman belajar yang lebih kaya.

Dalam merayakan potensi positif dan menghadapi tantangan pemanfaatan teknologi artificial intelligence (AI) di dunia pendidikan, kita tidak bisa mengabaikan kasus-kasus nyata yang memberikan gambaran konkret tentang dampaknya. Sejumlah peristiwa nyata menggambarkan keberhasilan dan risiko yang terkait dengan integrasi AI di ruang kelas.

Seiring dengan kemajuan ini, kita juga harus mempertimbangkan kasus kekhawatiran terhadap ketidaksetaraan akses. Seperti disorot oleh UNESCO, “Pemanfaatan AI dalam pendidikan dapat meningkatkan kesenjangan digital jika tidak dielola dengan bijak.”

Pemanfaatan AI dalam pendidikan juga menghadirkan bahaya yang perlu diwaspadai. Pertama-tama, ada risiko ketidakadilan dalam akses pendidikan. Sistem AI yang kurang cermat dapat menciptakan kesenjangan yang lebih besar dalam pendidikan, mengabaikan kebutuhan kelompok-kelompok tertentu. Kedua, ketergantungan berlebihan pada AI dapat menciptakan ketergantungan yang merugikan. Penting untuk menjaga keseimbangan antara teknologi dan interaksi manusiawi agar pembelajaran tetap holistik.

Baca Juga :  Hardiknas 2024: Momentum Memajukan Pendidikan

Selain itu, persebaran informasi yang salah juga menjadi risiko signifikan. Jika algoritma yang digunakan tidak transparan, kemungkinan penyebaran informasi yang tidak akurat atau bias dapat meningkat. bahaya penyalahgunaan data siswa juga menjadi perhatian serius. Perlindungan data pribadi siswa harus menjadi prioritas utama dalam penerapan teknologi AI di pendidikan.

kita juga harus memperhatikan kasus yang menyoroti bahaya potensial. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penggunaan sistem rekomendasi berbasis AI dalam seleksi kursus dapat memperdalam kesenjangan sosial. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Chris Gilliard, seorang peneliti etika teknologi, “Algoritma dapat menciptakan umpan balik berantai, mengarah pada ketidaksetaraan yang lebih besar.”

Contoh salah satu insiden adalah ketika sistem AI salah mengidentifikasi jawaban siswa yang salah sebagai benar, mengakibatkan penyebaran informasi yang tidak akurat. Dalam kata-kata Dr. Audrey Watters, seorang peneliti pendidikan teknologi, “Ketidakakuratan algoritma dapat merusak integritas pendidikan.”

Untuk mengatasi risiko-risiko tersebut, langkah-langkah penanggulangan perlu diambil dengan serius. Pertama-tama, masyarakat pendidikan perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana AI beroperasi. Pendidikan tentang kecerdasan buatan harus menjadi bagian integral dari kurikulum untuk memastikan bahwa siswa dan guru memiliki pengetahuan yang cukup.

Berbicara tentang solusi, kasus di Estonia menunjukkan efektivitas kebijakan dan regulasi yang ketat terkait penggunaan AI di pendidikan. Pemerintah Estonia telah menerapkan pedoman etika yang jelas dan mengintegrasikan pelatihan etika AI dalam kurikulum sekolah.

Kemudian, perlunya kebijakan dan regulasi yang ketat dalam penggunaan teknologi AI. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus bersinergi untuk menciptakan kerangka kerja yang memberikan panduan jelas terkait etika dan tanggung jawab penggunaan AI di dunia pendidikan.

Baca Juga :  KTT ASEAN Ke-43, Indonesia, dan Stabilitas Kawasan Indo-Pasifik

Penting juga untuk melakukan pengembangan kompetensi guru dan siswa dalam menghadapi perubahan teknologi. Pelatihan terus-menerus diperlukan agar mereka dapat memahami, mengelola, dan memanfaatkan teknologi AI secara efektif.

Pengembangan kompetensi guru dan siswa juga terwujud dalam pengalaman di Singapura. Melalui program pelatihan yang holistik, guru dan siswa di Singapura telah mampu memanfaatkan teknologi AI dengan lebih baik, menjadikan mereka lebih mampu mengelola risiko dan memaksimalkan potensi positifnya.

melalui penilaian kasus nyata di berbagai belahan dunia, kita dapat melihat bahwa pemanfaatan teknologi AI di dunia pendidikan bukanlah sekadar konsep, melainkan realitas yang terus berkembang. Menyikapi potensi positif dan risiko yang melekat, kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan industri menjadi landasan krusial untuk mencapai pemanfaatan AI yang bijak, inklusif, dan berdampak positif bagi pendidikan global. Seperti yang ditegaskan oleh Arne Duncan, mantan Menteri Pendidikan Amerika Serikat, “Kita harus memastikan bahwa AI di dunia pendidikan bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan memberdayakan semua siswa.”

Kesimpulannya, pemanfaatan teknologi AI dalam dunia pendidikan membuka pintu menuju masa depan pembelajaran yang lebih adaptif dan inovatif. Namun, kesuksesan implementasi ini tergantung pada kesadaran akan potensi risiko dan upaya bersama untuk mengatasi tantangan tersebut. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan industri menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang seimbang, inklusif, dan berkelanjutan. Melalui pendekatan holistik ini, kita dapat memastikan bahwa pemanfaatan AI dalam pendidikan tidak hanya mengikuti perkembangan teknologi, tetapi juga melayani kepentingan dan keberhasilan siswa di masa depan.


Muhammad Ridwan Hanafir merupakan pemuda kelahiran Desa Suren Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa STKIP PGRI Ponorogo

Editor : Ahmad Farisi

Berita Terkait

Teguran Islam untuk Catcalling: Menjaga Pandangan, Menghormati Perempuan
Mengupas Pola Asuh: Otoriter atau Suportif, Pilihan yang Membentuk Generasi
Israel-Hamas Sepakat Hentikan Perang: Akhir dari Konflik Palestina-Israel?
Membumikan Nilai-nilai Aswaja di Kalangan Gen Z
Melibatkan Tuhan, Catatan Awal Tahun 2025
Ketika Kemajuan Teknologi Malah Mendorong Kemunduran Logika
Demokrasi Sehat, Rakyat Berdaulat: Menuju Sumenep Bermartabat
Menanamkan Nilai

Berita Terkait

Sabtu, 1 Februari 2025 - 09:30 WIB

Teguran Islam untuk Catcalling: Menjaga Pandangan, Menghormati Perempuan

Sabtu, 25 Januari 2025 - 14:18 WIB

Mengupas Pola Asuh: Otoriter atau Suportif, Pilihan yang Membentuk Generasi

Sabtu, 18 Januari 2025 - 15:17 WIB

Israel-Hamas Sepakat Hentikan Perang: Akhir dari Konflik Palestina-Israel?

Jumat, 17 Januari 2025 - 17:54 WIB

Membumikan Nilai-nilai Aswaja di Kalangan Gen Z

Kamis, 2 Januari 2025 - 20:23 WIB

Melibatkan Tuhan, Catatan Awal Tahun 2025

Berita Terbaru

Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman (Foto: ip/nolesa.com)

Nasional

Pemerintah Jamin Harga Beras Stabil Hingga Ramadan 1446 H

Selasa, 4 Feb 2025 - 22:03 WIB

Nelly Farraniyah (Foto: dokumen pribadi untuk nolesa.com)

Sosok

Pengalaman Hobi Jadi Motivasi Profesi

Selasa, 4 Feb 2025 - 18:26 WIB