Para Waliyullah NU; Catatan Satu Abad NU

Redaksi Nolesa

Jumat, 10 Februari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Hambali Rasidi*


Para pendiri organisasi NU tergolong waliyullah (kekasih Allah). Beliau ikhlas mendirikan organisasi NU semata ingin menegakkan, merawat, dan menyebarkan agama Islam berhaluan ahlussunnah wal jamaah di bumi nusantara ini.

Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari bersama ulama lainnya yang ikut mendirikan organisasi NU pernah menjadi murid Syaikhona Kholil Bangkalan. Para ulama bersepakat dan mengakui bahwa Syaikhona Kholil Bangkalan termasuk seorang waliyullah (arif billah).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tak sedikit para murid Syaikhona Kholil Bangkalan juga menjadi seorang waliyullah. Jejak-jejak kewalian itu terpancar dari perilaku hidup dan karomah yang Allah tampakkan di tengah masyarakat.


Yang tampak dalam refleksi satu abad NU adalah merekomendasi fiqh peradaban. Yaitu, NU menawarkan solusi dari berbagai persoalan kontemporer dari sudut pandang syariat Islam. Mulai dari format negara-bangsa, relasi dengan non-Muslim, hingga tata politik global.


Dalam sejumlah kitab tasawuf dijelaskan, para kekasih Allah (waliyullah) itu banyak yang menyembunyikan diri. Meski bergumul dengan masyarakat dalam kesehariannya. Namun keberadaan sebagai kekasih Allah tidak tampak di tengah masyarakat. Karena beliau beribadah semata karena Allah. Tidak perduli dengan penilaian manusia. Bagi beliau, cukup Allah yang mengetahui ibadahnya. Sehingga keberadaan si waliyullah itu sulit diketahui oleh banyak orang.

Akan tetapi, apabila Allah menghendaki keberadaan beliau. Allah tampakkan karomahnya kepada masyarakat. Sehingga masyarakat mengetahui keberadaan sosok si waliyullah. Di balik kehendak Allah itu, bisa jadi menuntun seorang itu agar belajar ilmu kewaliannya. Sehingga juga bisa menjadi kekasih Allah. Atau setidaknya, seseorang itu masuk di dalam golongan waliyullah.

Baca Juga :  Inilah Fase Keindahan Hidup Umat Manusia

Pada momentum satu abad NU itu, saya tak menemukan bahasan atau apa lah namanya yang bisa mewarisi ilmu kewalian para pendiri NU. Yang tampak dalam refleksi satu abad NU adalah merekomendasi fiqh peradaban. Yaitu, NU menawarkan solusi dari berbagai persoalan kontemporer dari sudut pandang syariat Islam. Mulai dari format negara-bangsa, relasi dengan non-Muslim, hingga tata politik global.

Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, masyarakat dunia masih diliputi sektariaisme yang syarat konflik, termasuk di internal umat Islam sendiri. Sebagai solusi, Kiai Yahya menawarkan wacana syariat Islam harus bermuara dari Piagam PBB. “Karena itulah, hal pertama yang harus disepakati adalah soal kejelasan kedudukan Piagam PBB di mata syariat,” jelas Kiai Yahya.

Format fiqh peradaban yang ditawarkan NU memasuki usia abad yang kedua juga bisa meneruskan nilai-nilai maslahah yang pernah dilakukan para ulama NU dahulu.

Lebih dari itu, sebagai generasi penerus NU, saya hanya rindu kepada sosok para waliyullah NU. Sebagaimana para ulama-ulama NU dahulu yang disegani dan dihormati oleh masyarakat karena ilmunya.

Para ulama NU dahulu, menjadi kiblat masyarakat karena sifat-sifat waliyullah yang melekat pada pribadinya dalam kehidupan sehari-hari. Beliau terlihat kasih sayang kepada semua mahluk Allah. Beliau suka memaafkan orang lain dan membantu orang lain secara ikhlas. Keberadaan ulama NU dahulu benar-benar menjadi solusi di tengah problem masyarakat.

Baca Juga :  Holupis Kuntul Baris: Merayakan Hari Kemerdekaan dengan Semangat Gotong-Royong

Tantangan hidup masyarakat saat ini lebih kompleks dibanding era para ulama NU dahulu. Problematika masyarakat saat ini dijejali aneka persoalan akhlak dan akidah Islam. Tak sedikit ajaran yang menyusup di tengah umat Islam keluar dari ajaran Rasulullah SAW. Dan ini sebenarnya tugas utama para ulama NU untuk menyelamatkan generasi Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah.


Amaliah jamiyah NU tergolong lentur karena meletakkan dasar-dasar tasawuf sesuai dengan khittah ahlussunnah waljamaah.


Seorang ulama bersepakat, akidah umat Islam akan kokoh apabila dalam kehidupannya berpegang teguh pada nilai-nilai tauhid yang terejawantah dalam semua lini kehidupan.

Memang tak mudah mewujudkan nilai-nilai tauhid dalam semua lini kehidupan saat ini. Menyatir ungkapan anak muda: kata-kata itu mudah diungkapkan, tapi sulit dipraktekkan.

Setidaknya seorang ulama memberikan tips bagaimana nilai-nilai tauhid kokoh dengan ketakwaan yang bersemayam dalam qalbu. Sebab, qalbu itu yang mentransfusi perilaku kehidupan seseorang. Sebagaimana hadits Nabi SAW: Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya aka rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Baca Juga :  Ketika Kita Bisa Memberi Manfaat

Untuk menancapkan ketakwaan dalam qalbu. Para ulama setelah sahabat Nabi (tabiin) membuat perguruan tarekat, sebuah metode praktis mendekat kepada Allah. Dalam tarekat itu, seorang mursyid arif billah mengajari si murid cara berdzikir yang haq. Dengan dzikir yang haq itu bisa menuntun si murid dekat dengan Allah. Hingga pada maqam tertentu si murid mencapai makrifatullah karena ajaran si mursyid arif billah. Hati si murid yang semula keras menjadi lunak. Hati yang semula ternoda kebencian, kesombongan dan sifat tercela lainnya berubah jadi baik. Hingga hatinya kosong kecuali dzikrullah.

NU telah lama mengakomodir kelompok tarekat hingga melahirkan Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (Jatman). Tujuan Jatman dibentuk, untuk memberikan sebuah rambu-rambu kepada masyarakat tentang tarekat yang muktabarah. Yaitu, perguruan tarekat yang memiliki sanad keilmuan tersambung hingga ke Rasulullah SAW.

Amaliah jamiyah NU tergolong lentur karena meletakkan dasar-dasar tasawuf sesuai dengan khittah ahlussunnah waljamaah. Menselaraskan tasawuf Imam Al-Ghazali dengan tauhid Asy’ariyyah dan Maturidiyyah. Dalam hukum fikih merujuk salah satu dari empat mazhab sunni.

Akhir kata, semoga-pada usia abad kedua NU-banyak lahir para ulama NU yang tergolong arif billah. Jika selama ini Allah menyembunyikan sang kekasih-Nya. Segera ditampakkan kepada publik agar diketahui dan bisa menjadi penuntun umat untuk lebih dekat dengan Tuhannya, Penguasa Alam Raya, Allah Swt. (bindara sumenep)


*) Hambali Rasidi, jurnalis senior

Berita Terkait

Musibah dan Penderitaan Merupakan Cara Allah Untuk Menyempurnakan Ciptaan-Nya
Bulan Muhammad SAW: Pemimpin yang Adil Mutiara yang Hilang
Bulan Muhammad SAW: Kelanggengan dan Kemusnahan Agama
Antara Putusan MK dan UU Pilkada, Ke Mana KPU Harus Merujuk?
Sakaratul Maut; Andaikata Lebih Jauh Lagi
Holupis Kuntul Baris: Merayakan Hari Kemerdekaan dengan Semangat Gotong-Royong
Roebling, Tak Sempurna; Namun Mampu Mewujudkan Cita-citanya
Menyikapi Ancaman Terorisme

Berita Terkait

Jumat, 4 Oktober 2024 - 08:00 WIB

Musibah dan Penderitaan Merupakan Cara Allah Untuk Menyempurnakan Ciptaan-Nya

Jumat, 20 September 2024 - 07:30 WIB

Bulan Muhammad SAW: Pemimpin yang Adil Mutiara yang Hilang

Minggu, 15 September 2024 - 16:35 WIB

Bulan Muhammad SAW: Kelanggengan dan Kemusnahan Agama

Sabtu, 24 Agustus 2024 - 10:46 WIB

Antara Putusan MK dan UU Pilkada, Ke Mana KPU Harus Merujuk?

Jumat, 23 Agustus 2024 - 08:30 WIB

Sakaratul Maut; Andaikata Lebih Jauh Lagi

Berita Terbaru

Berikut 7 Macam Pribahasa dan Artinya yang relevan bagi remaja (ilustrasi pixabay)

Peribahasa

Berikut 7 Pribahasa dan Artinya yang Relevan untuk Remaja

Kamis, 3 Okt 2024 - 23:33 WIB

Ilham Jayadi (foto: dokumen pribadi)

Puisi

Puisi-puisi Ilham Jayadi-Madura

Kamis, 3 Okt 2024 - 10:33 WIB