Connect with us

Nasional

Merawat Tradisi Lisan Nahdlatul Ulama, Merawat Islam dan Keindonesiaan

Redaksi Nolesa

Published

on

Jawa Tengah, NOLESA.com – Masyarakat Jawa umumnya memiliki kebiasaan berkumpul dan saling berbincang untuk melepas penat setelah melakukan aktivitas berat, atau sekadar mengisi waktu senggang. Agama Islam berhasil menyebar hingga wilayah Nusantara, karena para mubaligh dan Wali Songo melakukan proses akulturasi sehingga Islam dapat diterima oleh masyarakat.

Salah satu jejak ajaran Islam yang dapat dilihat hingga saat ini adalah tasawuf. Para tokoh tasawuf menggunakan kebiasaan masyarakat Jawa yang gemar berkumpul untuk menyebarkan agama Islam.

Yogyakarta merupakan wilayah yang menjadi tonggak dakwah penyebaran Islam di pulau Jawa. Salah satu lokasi yang memiliki aktivitas kultural cukup kuat dapat dijumpai di perbatasan Magelang-DIY.

Baca Juga :  Sederet Agenda Presiden Jokowi di Provinsi Jateng

Di wilayah ini, dijumpai tokoh-tokoh kharismatik Nahdlatul Ulama (NU) yang masih menjadi panutan bagi masyarakat setempat. Beberapa tokoh tersebut antara lain KRT Djayaningrat II di Srumbung, K.H. Nahrowi Dalhar di Muntilan, dan Habib Ahmad Bafaqih di Tempel.

Hingga saat ini, masyarakat setempat masih melestarikan tradisi-tradisi yang ditinggalkan oleh para tokoh tersebut. Misalnya, pementasan wayang kulit sedalu natas (semalam suntuk) di daerah Srumbung, ziarah agung dan pengajian akbar di Muntilan, serta pembacaan simthud duror di Tempel.

Baca Juga :  Momentum UMKM Indonesia di Kancah Internasional

Pewarisan nilai-nilai tradisi kepada generasi muda dilakukan sebagaimana para tokoh tasawuf menyebarkan Islam pertama kali, yakni melalui kebiasaan masyarakat Jawa yang kini lebih dikenal dengan istilah tradisi lisan.

Fenomena warisan kultural tokoh Nahdlatul Ulama yang masih bertahan di era milenial inilah yang kemudian menggugah sekelompok mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa Seni dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta untuk melakukan penelitian terhadapnya.

Tim yang diketuai oleh Fahri Hasanuddin Amhar ini meneliti fenomena tersebut dalam wadah  Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Kemenristekdikti melalui Ditjen Belmawa.

Baca Juga :  Layanan Balik Gratis Program Bupati Ra Fauzi

“Kami melakukan penelitian mengenai Internalisasi Tradisi Lisan sebagai Mite Masyarakat Islam Nahdlatul Ulama di Perbatasan Magelang-Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian kami ini bagian dari Riset Sosial Humaniora yang didanai oleh Ditjen Belmawa. Kami berharap, temuan-temuan penelitian kami dapat mengenalkan generasi muda terhadap tokoh-tokoh kharismatik NU. Mengapa? Karena menurut kami, nilai-nilai  yang diwariskan oleh tokoh kharismatik tersebut masih relevan untuk kehidupan kini.”

Dalam kegiatan PKM ini, tim peneliti juga menghasilkan luaran berupa buku bergambar, artikel, serta informasi yang bermanfaat bagi masyarakat.


Penulis : Fadilah W

Editor : Mawar

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending