Kritik Adalah Harga Diri Kita

Redaksi Nolesa

Kamis, 26 Desember 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kritik Adalah Harga Diri Kita (ilustrasi pixabay)

Kritik Adalah Harga Diri Kita (ilustrasi pixabay)

Oleh NK Gapura


“Jika kamu ingin tahu siapa yang mengendalikanmu, lihatlah siapa yang tidak boleh kamu kritik.”

Voltaire adalah nama pena dari François-Marie Arouet, seorang filsuf pencerahan asal Prancis. Dia adalah pribadi yang salah satunya lantang menyuarakan kebebasan berbicara. Dia seringkali menjadi korban sensor ketat otoritas monarki Katolik Prancis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dan kalimat yang Voltaire ungkapkan di atas, tentu saja sangat sederhana. Hanya semacam intropeksi diri. Walakin, kesederhaan itu pasti menjadi kritik keras bagi setiap pribadi yang menjaga akal budi.

Setiap dari kita, tentu saja memiliki keterampilan mengkritik apa saja. Minimal menyela saat orang berbicara. Keterampilan itu bukan sekedar penanda bahwa kebebasan berdemokrasi itu nyata.

Baca Juga :  Menyongsong 2023, Kita harus Bagaimana?

Walakin, lebih dari itu, keterampilan dan keberanian mengkritik adalah untuk menegaskan bahwa kita masih memiliki harga dan kepercayaan diri yang layak dibela.

Selain itu, keberanian mengkritik adalah bukti bahawa kita tidak sedang dikebiri dan tidak menjadi kasta terendah dalam piramida tirani.

Tirani itu bisa jadi adalah diri kita yang bebal. Bisa pula bupati, DPR dan atau negara yang haus kekuasaan. Mereka ingin merusak dan menguasai akal budi kita secara suka-suka.

Padahal, jika akal budi sudah sangat dikuasi oleh tirani, kita pasti menjadi tidak berharga lagi. Kita hanyalah kaum rendahan yang sering tidak disadari. Dan kita hanyalah kaum buangan yang mudah diperah tirani. Sungguh ironi.

Baca Juga :  Badai Telah Berlalu, Ngapain Begitu

Di samping itu, kritik adalah bukti bahwa kita setara dengan siapa saja. Tanpa memandang remeh, rendah dan hendak menista. Karena kritik, dalam kerja etika, adalah garis jeda untuk tidak semena-mena.

Dan sekali lagi, sebuah kritik yang baik, objektif dan proporsional adalah bukti bahwa kita layak dihargai. Sebab kritik adalah wujud akal budi.

Buruk dan baiknya akal budi kita, tampak jelas dari wajah kritik yang kita cipta. Kritik yang serampangan, yang egois dan memaksa menang sendiri, adalah wajah buruk dari akal budinya. Begitupun sebaliknya.

Baca Juga :  Memformulasikan Ulang Fungsi dan Kewenangan DPD

Ada dua pertanyaan sederhana. Pertama, apa dasar kita berani mengkritik? Sekedar untuk bertahan hidup, atau untuk berfoya-foya?

Kedua, seringkali ada rasa takut untuk mengkritik, apa sebab sebenarnya? Apakah karena kita sadar sudah tidak berharga? Rendahan dan buangan semata?

Jika pertanyaan ini juga muncul dibenak pembaca, salah satu jawabannya adalah ungkapan Voltaire, yang dalam catatan ini menjadi kalimat pembuka.

Terakhir. Jangan lepas akal budi kita begitu saja. Buatlah dia berharga. Tanpa pamrih atau alat gertak semata. Salam awam saja.

Ganding, 26 Desember 2024

Berita Terkait

Halalbihalal
Ciri-ciri Tua yang Sering Tidak Disadari Oleh Kita
Sejarah dan Perkembangan Hari Otonomi Daerah
Selamat Jalan Paus Fransiskus; Cahaya Kasih yang Tak Pernah Padam
Kesalehan Sosial: Sebuah Catatan Akhir Ramadan
Membangun Ruang Sosial Lansia di Era Digital
Membenahi Institusi Kepolisian Kita
Hikmah Ramadan: Sabar dan Takdir

Berita Terkait

Senin, 28 April 2025 - 20:03 WIB

Halalbihalal

Jumat, 25 April 2025 - 10:23 WIB

Ciri-ciri Tua yang Sering Tidak Disadari Oleh Kita

Jumat, 25 April 2025 - 07:30 WIB

Sejarah dan Perkembangan Hari Otonomi Daerah

Selasa, 22 April 2025 - 16:51 WIB

Selamat Jalan Paus Fransiskus; Cahaya Kasih yang Tak Pernah Padam

Sabtu, 29 Maret 2025 - 20:12 WIB

Kesalehan Sosial: Sebuah Catatan Akhir Ramadan

Berita Terbaru

Presiden Prabowo ditemani Mentri Amran di sebuah lahan pertanian (foto: ist)

Nasional

Di Era Presiden Prabowo, Serapan Beras Tertinggi dalam 58 Tahun

Selasa, 13 Mei 2025 - 07:32 WIB

for NOLESA.COM

Opini

Pesantren di Era Digital: Sebuah Catatan Sederhana

Minggu, 11 Mei 2025 - 11:04 WIB

Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo menerima SK PAW dari Ketua MUI Jatim, KH. Hasan Mutawakil Alallah di Kantor MUI Jatim, Sabtu, 10/5/2025 (foto: ist)

Daerah

Bupati Sumenep Terima SK PAW

Sabtu, 10 Mei 2025 - 19:46 WIB