Kisah Nyata! Tukang Bubur Naik Haji

Redaksi Nolesa

Minggu, 17 Juli 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kediri, NOLESA.com — Bisa menunaikan ibadah haji ke tanah suci Makkah adalah impian semua umat muslim, baik yang kaya ataupun yang kurang mampu.

Karena tidak semua umat Islam yang menunaikan ibadah haji adalah mereka yang berkecukupan. Ada yang kurang mampu secara ekonomi tetapi diberi kesempatan untuk menunaikan rukun islam yang ke-5.

Sebab kesempatan melaksanakan ibadah haji adalah takdir dan panggilan dan Allah Swt, bukan semata-mata mereka kaya harta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Seperti kisah Warsini warga Kediri Jawa Timur yang bekerja tukang bubur yang oleh Allah Swt, ‘dipanggil’ untuk menunaikan ibadah haji ke Makkah.

Dikutip nolesa.com dari laman Kemenag.go.id, Minggu, 16 Juli 2022, kisah si Warsini mirip cerita dalam sinetron. Masih ingat sinetron Tukang Bubur Naik Haji? tayang tiap hari dan digemari masyarakat, sinetron yang dibintangi Mat Solar, Uci Bing Slamet, Nani Wijaya, dan sederet artis lainnya memiliki episode hingga 2.185.

Sinetron ini berkisah tentang sosok Sulam (Mat Solar), yang bekerja sebagai penjual bubur ayam keliling, karena kesabaran, ketekunan dan kebiasaan menabung, cita-citanya naik haji akhirnya terlaksana.

Baca Juga :  Belajar dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail: dari Masalah Keluarga Hingga Masalah Agama

Cerita nyata dialami oleh Warsini (60) jemaah haji asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Sejak muda ia merantau dari tanah kelahirannya di Kediri Jawa Timur ke Balikpapan. Setelah suaminya berhenti sebagai karyawan perusahaan sementara anak-anaknya masih kecil, Warsini memutuskan berjualan bubur kacang ijo, bubur ketan item, dan bubur sumsum dibantu suami.

Sejak muda Warsini sudah bercita-cita ingin naik haji, bertahun-tahun ia menyisihkan penghasilannya lalu ditabung. “Sehari-hari saya jualan bubur kacang ijo, bubur ketan item, bubur sumsum, saya yang jualan, suami bantu-bantu. Dulu suami pernah kerja di perusahaan, sudah berhenti, sementara anak masih kecil-kecil,” tutur Warsini saat ditemui di sela pelepasan jemaah pertama pulang ke Tanah Air, Kamis, 15 Juli 2022, malam.

“Penghasilan dari jualan bubur tak tentu, tapi setiap harinya saya sisihkan untuk nabung pergi haji, cita-cita saya sejak muda, pergi haji. Lama nabungnya, tapi saya tetap sabar,” sambungnya.

Ibu beranak tiga dan sudah memiliki cucu ini sejak memulai usahanya sudah mencanangkan program Jumat Berkah. Pada hari-hari biasa harga setiap porsi buburnya dihargai Rp7.000,00, maka setiap Jumat menjadi Rp5.000,00. Ia pun menggratiskan buburnya bagi orang yang ingin makan bubur tapi tidak punya uang.

Baca Juga :  Pertemuan Dua "Penulis PMII"

“Setiap Jumat saya punya program Jumat berkah, saya turunkan harga jualannya, di hari biasa saya jual Rp7.000,00 setiap Jumat jadi Rp5.000. Jumat berkah ini sudah saya lakukan sejak memulai usaha ini. Saya cari berkahnya dengan menurunkan harga jualan saya,” ujar wanita yang selalu melafalkan kalimat syukur saat berbincang.

“Saya juga sering memberi bubur gratis pada yang mau bubur tapi ngga punya uang, saya kasih, saya ikhlas sekali, yang saya cari kan tabungan nanti di akhirat, yang penting ikhlas, itu kuncinya,” kata Warsini yang tinggal di wilayah Muara Jawa Balikpapan.

Ia mengaku, di setiap Jumat ia terkadang mendapat pesanan bubur dari dari perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar tempat ia jualan. “Perusahaan tahu Jumat berkah itu, sehingga banyak pesan untuk karyawannya, jumlahnya ngga tentu, 50-100 porsi. Alhamdulillah senang, disyukurin saja,” terang Warsini yang ketiga anaknya melanjutkan pendidikannya hingga perguruan tinggi.

Baca Juga :  8 Manfaat Mengkonsumsi Singkong

Selama melaksanakan rangkaian ibadah haji, ia merasa dimudahkan, semuanya berjalan lancar. Selama di Arafah ia merasakan panas, tapi hal serupa juga dialami jemaah lainnya, Saat bermalam di Mina dan melempar jumrah, Warsini dan suaminya tidak menemui kendala, seluruhnya berjalan lancar, dan terakhir saat tawaf Ifadah.

“Saat lempar jumrah dan tawaf Ifadah, seluruhnya alhamdulillah lancar,” katanya.

Menurutnya, saat pertama kali melihat Kabah, ia mengaku bahagia, haru, sedih dan bersyukur. Tidak banyak doa yang ia langitkan pada Tuhan saat itu.

“Sedih, senang, bersyukur, ya Allah. Doa saya, hanya minta sehat, minta rezeki yang berkah, dan minta ke sini lagi sama anak, cucu, menantu, doa saya begitu saja, sama dengan doa yang dipanjatkan saat di Arafah,” kata Warsini yang menunggu haji selama 12 tahun.(*)


Penulis : Rusydiyono

Editor : Ahmad Farisi

Berita Terkait

Kiat Kelola Stres di Tahun Politik
Sejarah Hari Konstitusi 18 Agustus
Bangga dan Bersyukur Tetap Menjadi Bagian Pejuang Demokrasi
Bagaimana Menulis Opini yang Bagus?
7 Jenis Lomba yang Cocok Buat Memeriahkan HUT RI
1 Agustus Diperingati sebagai Hari Pacar Nasional, Lakukan 3 Hal Ini Agar Hubunganmu Langgeng!
Referensi Khusus Pengantin Baru
Politisi Arif dan Bijak Itu Mendahului Kita

Berita Terkait

Sabtu, 14 September 2024 - 14:06 WIB

Kiat Kelola Stres di Tahun Politik

Minggu, 18 Agustus 2024 - 09:17 WIB

Sejarah Hari Konstitusi 18 Agustus

Selasa, 13 Agustus 2024 - 15:44 WIB

Bangga dan Bersyukur Tetap Menjadi Bagian Pejuang Demokrasi

Jumat, 9 Agustus 2024 - 05:46 WIB

Bagaimana Menulis Opini yang Bagus?

Senin, 5 Agustus 2024 - 06:33 WIB

7 Jenis Lomba yang Cocok Buat Memeriahkan HUT RI

Berita Terbaru

Sujono (Foto: dokumen pribadi)

Mimbar

Bulan Muhammad SAW: Kelanggengan dan Kemusnahan Agama

Minggu, 15 Sep 2024 - 16:35 WIB

Kiat Kelola Stres di Tahun Politik (ilustrasi pixabay)

Tips

Kiat Kelola Stres di Tahun Politik

Sabtu, 14 Sep 2024 - 14:06 WIB