Oleh SUJONO*
Asma’ binti Yazid al-Anshoriyah datang kepada Nab Muhammad SAW, yang sedang berada di antara sahabat-sahabatnya. Ia berkata;
“Ya Rasul Allah, aku adalah urusan kaum wanita kepadamu. Sesungguhnya Allah Ta’ala mengutusmu kepada kaum lelaki dan wanita seluruhnya, maka kami mempercayai dan membenarkanmu. Kami kaum wanita terbatas dan terkurung, duduk di dalam rumah dan mengandung anak-anakku. Kaum lelaki dilebihkan atas kami dengan shalat Jum’at dan jama’ah, mengantarkan jenazah. Bahkan lebih utama dari itu adalah JIHAD fi Sabilillah. Bila seseorang dari kaum lelaki pergi ber-Jihad, maka kami kaum wanita yang menjaga hartanya. Maka, apakah kami mendapat kebaikan dan pahala seperti kaum lelaki?”
Mendengar pertanyaan Asma’ itu, Rasulullah merasa kagum sekaligus gembira. Nabi lalu menoleh kepada para sahabatnya dan bertanya;
“Apakah kalian pernah mendengar pertanyaan seorang wanita yang lebih baik daripada pertanyaan wanita tadi tentang urusan agamanya?”
Mereka menjawab;
“Ya Rasul Allah, kami tidak menyangka ada wanita bertanya seperti itu.”
Kemudian Rasulullah Saw, menoleh kepada Asma’ dan menjawab pertanyaan yang mengesankan itu;
“Wahai wanita, dan beritahukan kepada kaum wanita yang lain, bahwa perlakuan wanita yang baik terhadap suaminya, dan pencarian ridhonya, serta kepatuhan kepada keinginannya, MENYAMAI semua itu.” (Shahih Muslim)
Menakjubkan…!
Walaupun perannya dalam kehidupan kebanyakan hanya sekedar “di balik layar,” ternyata itu sudah dinilai oleh Allah Ta’ala, setara dengan JIHAD perangnya kaum lelaki.
Bukankah ini yang dinamakan “kesetaraan gender; yang memuliakan baik lelaki maupun wanita? Sayangnya, kita masih sering lupa.
Wallahu a’lam…!