Israel-Hamas Sepakat Hentikan Perang: Akhir dari Konflik Palestina-Israel?

Redaksi Nolesa

Sabtu, 18 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Lailur Rahman*


Setelah 15 bulan konflik yang berlangsung penuh kekerasan sejak Oktober 2023, Israel dan Hamas akhirnya mencapai kesepakatan untuk melakukan mengakhiri konflik. Pengumuman penting ini disampaikan oleh Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al-Thani, pada 15 Januari 2025. Gencatan senjata yang dinantikan banyak pihak ini akan mulai berlaku efektif pada 19 Januari 2025, menandai berakhirnya konflik Hamaz-Israel.

Sebagai bagian dari perjanjian, Israel akan menarik pasukannya secara bertahap dari wilayah Gaza. Militer Israel akan mundur sejauh 700 meter di dalam wilayah Gaza, sebuah langkah yang diharapkan mengurangi ketegangan di sepanjang perbatasan. Selain itu, Israel juga akan membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina, termasuk 250 tahanan yang sebelumnya dijatuhi hukuman seumur hidup. Sebagai imbalannya, Hamaz juga akan membebaskan 33 tawanan Israel. Langkah ini diharapkan menjadi titik awal bagi rekonsiliasi yang lebih luas, meskipun kerangka kerja perdamaian jangka panjang masih sangat jauh.

Sebagai bagian lain dari kesepakatan ini, Israel akan membuka penyeberangan Rafah dengan Mesir tujuh hari setelah tahap pertama dimulai. Penyeberangan ini akan memungkinkan orang-orang yang terluka di Gaza untuk bepergian dan mendapatkan perawatan medis yang sangat dibutuhkan. Dalam tahap-tahap selanjutnya, pasukan Israel juga akan mundur dari perbatasan Gaza dengan Mesir, khususnya di Koridor Philadelphi, sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan stabilitas dan keamanan di kawasan tersebut.

Kita semua bersyukur atas kesepakatan genjatan senjata antara Hamaz-Israel ini. Namun, pertanyaan kemudian adalah apakah genjatan senjata ini akan menjadi awal perdamaian yang nyata atau hanya jeda sementara dari siklus kekerasan yang terus berulang?

Gencatan senjata ini penting untuk menghentikan kekerasan yang telah merenggut ribuan nyawa dan menyebabkan penderitaan luar biasa bagi warga Palestina. Namun, semua ini bukanlah solusi permanen. Konflik Israel-Palestina adalah salah satu konflik paling kompleks di dunia, dengan akar masalah yang dalam dan melibatkan isu-isu fundamental seperti perbatasan, status Yerusalem, dan hak para pengungsi Palestina yang dirampas.

Baca Juga :  Fatamorgana Elektabilitas Prabowo

Tanpa penyelesaian yang komprehensif atas semua nisu-isu tersebut, perdamaian sejati tetap masih jauh dari yang diharapkan. Sejarah telah menunjukkan bahwa gencatan senjata sering kali hanya menjadi jeda singkat sebelum kekerasan yang serupa kembali terulang.

Apalagi, konflik ini juga tidak terlepas dari dinamika geopolitik yang luas. Dukungan internasional terhadap kedua belah pihak sering kali didasarkan pada kepentingan strategis, bukan pada upaya tulus untuk mencapai perdamaian. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Iran memainkan peran penting dalam memengaruhi dinamika konflik, baik melalui dukungan langsung maupun tidak langsung. Ketergantungan pada aliansi internasional ini sering kali memperumit upaya untuk mencapai solusi yang adil dan berkelanjutan.

Israel dan Hamas, meskipun setuju pada gencatan senjata ini, memiliki pandangan yang sangat berbeda mengenai solusi akhir dari konflik ini. Israel, dengan dukungan sekutu utamanya, Amerika Serikat, sering kali menekankan pada keamanan dan mempertahankan kontrol atas wilayah tertentu. Di sisi lain, Hamas, yang dianggap sebagai kelompok perlawanan oleh sebagian pihak dan organisasi teroris oleh pihak lain, terus menyerukan hak-hak Palestina yang lebih luas, termasuk pengakuan atas Palestina untuk negara yang merdeka.

Baca Juga :  Kreolisasi Bahasa

Walhasil, meskipun gencatan senjata ini merupakan langkah positif, dunia tidak boleh mengabaikan fakta bahwa ini hanya permulaan. Perdamaian yang berkelanjutan membutuhkan lebih dari sekadar penghentian kekerasan. Itu membutuhkan pengakuan atas hak-hak dasar semua pihak yang terlibat, kesediaan untuk berkompromi, dan dukungan internasional.

Jika tidak, gencatan senjata ini, seperti banyak upaya sebelumnya, hanya akan menjadi catatan sejarah lain dalam siklus panjang konflik Palestina-Israel. Sebuah jeda dalam kekerasan yang, tanpa solusi politik yang komprehensif, akan segera digantikan oleh ketegangan baru.

Kita berharap, langkah-langkah menuju perdamaian yang sejati segera diwujudkan. Dan, semoga kesepakatan genjatan senjata ini menjadi awal yang baik untuk mencapai perdamaian sejati sehingga Palestina bisa mendapatkan kemerdekaan yang seharusnya.


*) Guru Pendidikan Kewenangan (PKn) SMK Diponegoro, Yogyakarta

 

Berita Terkait

Teguran Islam untuk Catcalling: Menjaga Pandangan, Menghormati Perempuan
Mengupas Pola Asuh: Otoriter atau Suportif, Pilihan yang Membentuk Generasi
Membumikan Nilai-nilai Aswaja di Kalangan Gen Z
Melibatkan Tuhan, Catatan Awal Tahun 2025
Ketika Kemajuan Teknologi Malah Mendorong Kemunduran Logika
Demokrasi Sehat, Rakyat Berdaulat: Menuju Sumenep Bermartabat
Menanamkan Nilai
Anies Baswedan dan Partai Baru

Berita Terkait

Sabtu, 1 Februari 2025 - 09:30 WIB

Teguran Islam untuk Catcalling: Menjaga Pandangan, Menghormati Perempuan

Sabtu, 25 Januari 2025 - 14:18 WIB

Mengupas Pola Asuh: Otoriter atau Suportif, Pilihan yang Membentuk Generasi

Sabtu, 18 Januari 2025 - 15:17 WIB

Israel-Hamas Sepakat Hentikan Perang: Akhir dari Konflik Palestina-Israel?

Jumat, 17 Januari 2025 - 17:54 WIB

Membumikan Nilai-nilai Aswaja di Kalangan Gen Z

Kamis, 2 Januari 2025 - 20:23 WIB

Melibatkan Tuhan, Catatan Awal Tahun 2025

Berita Terbaru