Connect with us

Puisi

Begadang

Muhammad Dzunnurain

Published

on

Ilustrasi begadang (pixabay)

Senyum rembulan menyinari penyair

Yang sedang mengaduk kata

Secangkir aroma kenangan

Mengaduk rotasi harapan

Yang berputar pada tumpunya

 

Hiruk pikuk kelakson kebisingan dari kejauhan

Berselimut kabut kedinginan

Memoar kerinduan kian membeku

Pada khatulistiwa yang melintang di kepalaku

 

Baca Juga :  Kata dan Penguasa

Waktu itu telah sunyi

Flora, fauna sedang menikmati mimpi

Aku dan dia berlagak lugu

Mengundang sedikit tawa

Menggema di ruang hampa

Bersama kokokan ayam ketawa

 

Melihatmu laksana bintang kejora

Tak tahan ingin melihatnya

Menahan perihnya mata

Ketika rasa terkikis pesona

Baca Juga :  Puisi-Puisi Madno Wanakuncoro

Melihatmu, memoar rindu yang tak kunjung pergi

Melihatmu, semerbak bunga bermekaran di pagi hari

 

Senyum tawa tiada henti

Sepoi angin yang dingin

Kini mengubah kehangatan

Semangat tiada henti

 

Hingga fajar tiba

Api unggun yang sedang membakar hati

Baca Juga :  Filosofi Kopi

Membaca diksi nyata

Menerima apa adanya

Datang membawa bukti

Namun, aku tak bisa membalasnya serupa

 

Ketika itu

Hingga saat ini

Sebuah kata yang berlabuh di gendang telinga

Kini terukir dalam lubuk

Bersemayam dalam mimpi

Kota Batu

Muhammad Dzunnurain, kelahiran Kota Keris Sumenep, Madura. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Malang, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Beberapa karayanya puisi, dan esai di muat di media online dan cetak. Penulis bisa dihubungi melalui surel muhammaddzunnurain63@gmail.com

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending