Budaya, NOLESA.com — Indonesia, sebagai negara yang mayoritas penduduknya Islam memiliki momentum unik untuk menyambut Idulfitri. Momentum penyambutan di hari lebaran tersebut sangat erat dengan kebudayaan masing-masing daerah.
Berikut tradisi lebaran di berbagai daerah di Indonesia.
1. Balon Udara, Ponorogo, Jawa Timur
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain dikenal sebagai kabupaten yang berkesenian reog ini, Ponorogo memiliki tradisi perayaan menyambut Lebaran yaitu pelepasan balon udara. Tradisi ini sudah berlangsung selama puluhan tahun dan menjadi ikon tersendiri bagi masyarakat setempat.
Balon udara dianggap sebagai simbol kebebasan dan kemenangan, serta sebagai bentuk syukur atas keberhasilan menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan. Balon udara yang diterbangkan ke angkasa juga dianggap sebagai simbol yang menyatukan masyarakat setempat.
2. Grebeg Syawal, Kota Yogyakarta
Grebeg Syawal adalah salah satu tradisi yang dilakukan di Yogyakarta pada saat perayaan Idul Fitri. Tradisi ini dilakukan oleh Keraton Yogyakarta dan umat Muslim di sekitar keraton.
Grebeg Syawal dimulai pada pagi hari setelah Salat Idulfitri. Raja dan seluruh keluarga kerajaan beserta para abdi dalemnya akan mengenakan pakaian adat Jawa dan berkuda menuju Masjid Agung Kraton Yogyakarta untuk menunaikan Salat Idulfitri. Setelah selesai melaksanakan Salat Idul Fitri, rombongan dari keraton dan umat Muslim di sekitarnya akan membawa berbagai macam makanan dan buah-buahan. Persembahan ini disebut sebagai gunungan dan diarak keliling kota Yogyakarta.
Tradisi Grebeg Syawal di Yogyakarta memiliki nilai religi dan juga nilai budaya yang sangat tinggi. Kegiatan ini menjadi simbol persatuan dan kebersamaan antara raja, keraton, dan rakyat.
3. Salam Julang, Aceh
Salam Julang adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Aceh pada saat perayaan Lebaran. Tradisi ini biasanya dilakukan di daerah-daerah pedalaman Aceh yang masih mempertahankan adat dan budaya lama.
Salam Julang dilakukan oleh sekelompok anak muda yang membawa sepasang tumpeng atau nasi kuning yang disusun dalam bentuk piramida. Tumpeng tersebut dihias dengan berbagai macam bunga dan daun-daun yang segar.
Setelah itu, mereka akan membawa tumpeng tersebut dengan cara dijulang atau diangkat di atas bahu. Selama perjalanan, mereka akan menyanyikan lagu-lagu daerah Aceh dan berhenti di setiap rumah yang ditemui untuk memberikan salam dan memberikan tumpeng tersebut kepada tuan rumah sebagai tanda rasa syukur atas nikmat Idul Fitri yang diberikan oleh Allah SWT.
Selain memberikan tumpeng, Salam Julang juga dilakukan untuk mempererat silaturahmi antar warga di desa dan menyebarkan kegembiraan pada saat perayaan Idul Fitri. Tradisi ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan budaya Aceh kepada orang luar dan menjaga kelestarian adat dan budaya daerah.
4. Musik Tong Tong, Sumenep
Tong Tong adalah jenis musik tradisional yang berasal dari daerah Sumenep, Jawa Timur. Pada saat Idulsitri, masyarakat Sumenep seringkali menggunakan musik Tong Tong untuk mengiringi penyambutan malam lebaran.
Tong Tong biasanya dimainkan oleh sekelompok pemain musik yang terdiri dari beberapa alat musik tradisional, seperti gendang, kendang, dan tifa. Suara dari alat musik tersebut akan menghasilkan irama yang khas dan meriah.
Tong Tong biasanya dimainkan dalam acara tradisi perayaan malam Takbiran. Masyarakat Sumenep berkumpul di masjid atau di tempat-tempat terbuka dan memainkan musik Tong Tong sambil mengumandangkan takbir. Kegiatan ini dilakukan dengan semangat dan kegembiraan untuk menyambut Hari Raya Idulfitri.
Selain itu, Tong Tong juga sering dimainkan pada saat acara pawai atau karnaval. Pada saat itu, sekelompok pemain musik akan berjalan mengelilingi kampung atau desa sambil memainkan musik Tong Tong. Kegiatan ini juga diikuti oleh masyarakat setempat dengan membawa berbagai jenis hiasan dan kostum yang unik dan khas dari daerah Sumenep.
Penulis : redaksi