Semacam Mokel, Begini Asal Mula Tradisi Telasan Apen H-1 Idul Fitri di Sumenep

Redaksi Nolesa

Sabtu, 23 Maret 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Telasan Apen (Foto: instagram kuliner Sumenep)

Ilustrasi Telasan Apen (Foto: instagram kuliner Sumenep)

Sumenep, NOLESA.com – Kabupaten Sumenep ujung timur Pulau Madura memiliki beragam tradisi yang berbeda-beda dalam menyambut hari raya Idul Fitri. Salah satunya Telasan Apen.

Telasan merupakan bahasa Madura yang berarti lebaran. Sedangkan Apen merupakan kuliner tradisional yang dimiliki Kabupaten Sumenep.

Tradisi Telasan Apen ini bisa ditemui di beberapa desa di Kecamatan Batang-Batang, dan Dungkek. Salah satunya di Desa Jenangger, dan Desa Banuaju Barat, Batang-Batang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Asal mula tradisi Telasan Apen itu karena warga di desa tersebut setiap akhir bulan Ramadhan atau jelang hari raya Idul Fitri selalu menyiapkan apen sebagai menu buka puasa. Semacam menu penutup di bulan Ramadhan dan membuka 1 syawal.

Seperti penuturan KH. Mukhtar guru ngaji sekaligus pemuka agama di Desa Jenangger Batang-Batang, berdasarkan cerita turun temurun dari leluhurnya, Telasan Apen itu berawal dari sebuah kejadian atau peristiwa masa lampau.

Baca Juga :  Rokat Pandhaba: Identitas Budaya yang Masih Terjaga

Menurutnya, pada zaman dahulu di era yang serba keterbatasan akses informasi, termasuk informasi penentuan 1 syawal. Sehingga masyarakat setempat telat menerima informasi lebaran Idul Fitri.

Dari awal informasi penetapan lebaran Idul Fitri sudah simpang siur, dan mereka baru menerima informasi valid pas pada hari H, sekira pukul 9 pagi. Sehingga masyarakat tidak siap untuk lebaran saat itu juga. Dan setelah berunding akhirnya mereka sepakat untuk menunda merayakan Idul Fitri keesokan harinya.

“Namun tetap berhenti puasa karena pada dasarnya hari itu sudah waktunya lebaran,” terang KH. Mukhtar, Sabtu 23 Maret 2024.

Berhubung saat itu suasananya masih bulan puasa, maka walaupun sepakat berhenti puasa tetapi tidak ada nasi untuk dimakan, karena mimang belum menanak. Adanya hanyalah apen yang dibikin khusus untuk meyambut lebaran Idul Fitri.

Baca Juga :  Cara Bupati Ra Fauzi Dorong Geliat Wisata Desa

“Akhirnya makan apen, maka sejak itulah ada tradisi Telasan Apen,” tuturnya.

Akan tetapi, kata kiai lulusan Pondok Pesantren Mathaliul Anwar Pangarangan Sumenep itu, dalam perjalanannya ada penyimpangan tradisi. Mereka keliru mengartikan Telasan Apen. Walaupun penentuan 1 syawal sudah jelas, sebagian memilih mokel atau berhenti puasa sebelum adzan maghrib dikumandangkan.

Selama mokel itu, mereka hanya makan atau menyantap apen yang disiapkan setiap H-1 lebaran Idul Fitri. Kendati demikian puasa mereka tidak terhitung full sebulan sebab merayakan Telasan Apen.

“Puasanya batal sehingga kurang satu hari, sebab yang mereka lakukan itu hanya berdasarkan kejadian waktu itu tanpa memperhatikan alasannya kenapa mereka berhenti puasa dan makan apen pada H-1 lebaran,” ujar Kiai Mukhtar.

Baca Juga :  3 Kuliner Khas Jogja yang Wajib Kamu Coba

Tetapi lambat laun seiring dengan semakin kuatnya pemahaman agama warga disana, dan setelah diberi pemahaman oleh tokoh agama dan para guru ngaji akhirnya tradisi Telasa Apen itu dilakukan ketika buka puasa diakhir bulan Ramadhan.

“Alhamdulillah sampai sekarang tradisi Telasan Apen itu tetap ada, tetapi apennya dimakan pas buka puasa diakhir bulan Ramadhan bukan dipagi atau siang hari,” ucapnya sembari tertawa kecil.

Terakhir, Kiai Mukhtar berharap kepada generasi muda supaya tetap menjaga dan melestarikan tradisi tersebut. Karena bagaimanapun hal itu memiliki nilai sejarah leluhur.

“Semoga generasi muda tidak meninggalkan tradisi itu,” harapnya.

Penulis : Rusydiyono

Editor : Ahmad Farisi

Berita Terkait

Mengenal Lima Daerah Administrasi Yogyakarta
Mau Buat Gudeg Khas Jogja yang Enak? Ini Resepnya
Mengenal Jepara, Kabupaten yang Terkenal dengan Seni Ukirnya
Perkuat Identitas, Bupati Sumenep Bangun Tugu Keris Setinggi 17 Meter
Tembakau Bukan Tanaman Asli Indonesia
Bupati Sumenep Bersama KFI Menikmati Keindahan Wisata Gili Labak
Setelah Dijamas Pusaka Keraton Sumenep Dikirab untuk Diserahkan kepada Bupati H. Fauzi
Pesona Wisata Culug Cilengkrang, Segini Harga Tiketnya

Berita Terkait

Sabtu, 24 Agustus 2024 - 13:22 WIB

Mengenal Lima Daerah Administrasi Yogyakarta

Minggu, 28 Juli 2024 - 05:06 WIB

Mau Buat Gudeg Khas Jogja yang Enak? Ini Resepnya

Senin, 22 Juli 2024 - 05:24 WIB

Mengenal Jepara, Kabupaten yang Terkenal dengan Seni Ukirnya

Minggu, 21 Juli 2024 - 16:42 WIB

Perkuat Identitas, Bupati Sumenep Bangun Tugu Keris Setinggi 17 Meter

Sabtu, 20 Juli 2024 - 18:08 WIB

Tembakau Bukan Tanaman Asli Indonesia

Berita Terbaru

Berikut 7 Macam Pribahasa dan Artinya yang relevan bagi remaja (ilustrasi pixabay)

Peribahasa

Berikut 7 Pribahasa dan Artinya yang Relevan untuk Remaja

Kamis, 3 Okt 2024 - 23:33 WIB

Ilham Jayadi (foto: dokumen pribadi)

Puisi

Puisi-puisi Ilham Jayadi-Madura

Kamis, 3 Okt 2024 - 10:33 WIB