Muslim China atau Tiongkok memainkan peran penting dalam proses islamisasi di Nusantara. Sejarah menunjukkan, meski pada tahap-tahap awal proses masuknya Islam ke Nusantara diperkirakan masuk melalui jalur perdagangan yang dimotori oleh muslim Arab, Persia dan India, peran muslim negeri China atau Tiongkok juga tak bisa dilupakan begitu saja.
Sebelum abad ke 14, menurut beberapa sejarawan, komunitas China sudah menjadi warna tersendiri yang mewarnai keragaman masyarakat Nusantara. Akan tetapi, belum diketahui jelas apakah, di samping berdagang, mereka juga menyebarkan agama Islam di Nusantara atau tidak.
Keterlibatan etnis China atau Tionghoa baru tercatat jelas setelah kedatangan Laksaman Cheng Ho yang diperkirakan berlabuh ke Nusantara pada abad ke-15. Laksamana Cheng Ho (1371-1433) adalah seorang bahariwan Muslim asal Yunan, Tiongkok. Ia berasal dari keluarga muslim. Nama lengkapnya adalah Mohammad Cheng Ho (Leo Suryadinata dalam Baha Zarkhoviche, 2017: 148).
Ia adalah seorang penjelajah muslim ulung sekaligus bijaksana, yang—bersama 200 awak kapal—mampu memimpin 30.000 orang menjelajahi berbagai macam negara dan benua. Sebagian catatan sejarah mengungkapkan bahwa Laksamana Cheng Ho lah penemu Benua Amerika, jauh sebelum Christopher Columbus, seorang bajak laut yang oleh sejarah mainstream ditulis sebagai penemu benua Amerika tersebut.
Konon, sepanjang hidupnya, bersama para rekan-rekannya, ia mampu menjelajahi 30 negara. Karena itu, jika para penjelajah samudera yang berasal dari Eropa disebut-sebut sebagai penjelajah, Laksamana Cheng Ho pantas disebut sebagai ”raja laut” jika dilihat dari banyaknya Armada yang pimpin; yang tidak hanya membawa ribuan awak kapal, tetapi juga barang dagangan seperti emas, dan karya kesenian lainnya.
Cheng Ho dan Penyebaran Islam di Nusantara
Sebagai penjelajah dan penyebar Islam di Asia Tenggara, Laksamana Cheng Ho singgah di Nusantara sekitar abad ke 15. Secara garis waktu, hal itu menunjukkan bahwa Laksamana Cheng Ho bukanlah orang Islam pertama yang menyebarkan Islam di Nusantara. Sebelum Laksamana Cheng Ho, pedagang dari Arab, Persia dan India tercatat sudah menempati Nusantara lebih dulu.
Menurut catatan perjalanan Laksamana Cheng Ho yang ditulis oleh Ma Huan (sekretaris ekspedisi Cheng Ho) disebutkan bahwa sekitar tahun 1400 telah banyak saudagar Islam Arab yang mendiami Nusantara, tepatnya di selatan utara Pulau Jawa (Baha Zarkhoviche, 2017: 141). Yang selain melakukan kegiatan dagang dan ekonomk, juga intens memperkenalkan Islam kepada penduduk warga pribumi.
Akan tetapi, meski bukan orang Islam pertama yang singgah dan menyebarkan Islam di Nusantara, namun Laksamana Cheng Ho memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Sebab, selain mengemban misi diplomatik dan perdagangan, Laksamana Cheng Ho juga membawa misi lain, yakni menyebarkan Islam ke daerah-daerah yang ia kunjungi.
Salah satu strategi yang digunakan Cheng Ho adalah dengan cara menempatkan konsul dari Tiongkok muslim di tempat yang disinggahinya. Di Semarang, awak kapal atau konsul ditempatkan Laksamana Cheng Ho membangun Masjid Cheng Ho yang kini sudah berubah fungsi menjadi Klenteng Sampo Kong. Sejak didirikan, masjid yang berubah fungsi menjadi klenteng itu memiliki corak dan arsitektur yang unik; perpaduan antara kebudayaan China, Jawa, dan Timur Tengah.
Selain di Semarang, penempafan konsul-konsul muslim Tiongkok juga dilakukan oleh Cheng Ho di beberapa tempat lain yang ia singgahi. Seperti Aceh, Jawa Timur, Palembang dan Demak. Bahkan, Laksamana Cheng Ho diketahui juga memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Demak yang didirikan oleh Raden Patah, seorang ulama keturunan Tionghoa yang memiliki nama Jin Bun.
Diketahui, di bawah perintah Dinasti Ming, Laksamana Cheng Ho tercatat beberapa kali mengunjungi Kerajaan Demak. Tujuannya adalah memperbaiki hubungan Tiongkok dengan Kerajaan Demak yang sebelumnya sempat tercoreng di bawah kekuasaan Dinasti Mongol (Yuan).
Di tengah kunjungan-kunjungan diplomatik itu, Laksamana Cheng Ho juga tercatat sering kali berinteraksi dengan tokoh-tokoh penyebar Islam di Nusantara. Catatan ini menunjukkan bahwa Islam di Nusantara, juga memiliki keterkaitan dan hubungan kuat dengan tokoh-tokoh muslim China seperti Laksamana Cheng Ho.