Oleh Muhammad Yazid*)
“Berikan aku 10 pemudah akan aku guncang dunia, berikan aku 1000 orang tua niscaya aku cabut gunung semiru dari akarnya”
Kalimat yang dipekikkan oleh Soekarno tersebut memberikan gambaran akan superioritas pemuda_. Segala harap dipikul di pundaknya bernama tanggung jawab akan masa depan peradaban dan bangsa. Sekaligus Kemajuan dan kemunduran bangsa tergantung bagaimana pemuda menjalankan perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemuda tidak sekedar sebagai agen perubahan, ia juga tulang punggung dan tonggak keberlangsungan bangsa. Karakternya yang berapi-api, punya semangat, wawasan yang luas dan idealisme yang tinggi menjadi bukti bahwa aset terbesar bangsa ini adalah pemuda.
Tetapi, harapan-harapan besar yang disematkan kepadanya hampir memudar. Keagungan yang diperolehnya mereka tenggelamkan sendiri akibat sikap dan perilakunya yang tak menampilkan sebagai sosok akademis. Sebut contoh; Pelecehan seksual, tawuran, perkelahian pelajar dan guru, penganiayaan terhadap murid lain dan gurunya sendiri adalah fakta menyilukan yang terjadi pada pemuda kita hari ini.
Fakta lain, dilansir dari Detik.Com, Polres Sleman mengamankan 10 orang remaja yang mengeroyok dan membacok 4 orang di Tridadi, Kabupaten Sleman, pada Senin (6/6) lalu. Pembacokan ini didasari perselisihan di antara dua geng pelajar.
Dari 10 remaja tersebut, disebutkan masih berusia 17-18 tahun yang perbuatannya sangat disayangkan. Padahal, dalam usia demikian, mereka berada dalam fase produktif., yaitu suatu fase perkembangan diri ke arah yang lebih baik. Menumbuhkan potensi diri yang seirama dengan perubahan dan tantangan zaman.
Atas kejadian tersebut, semakin memperburuk identitas pemuda sebagai penerus bangsa. Pemuda yang semestinya mencerminkan sikap humanis, akhlak baik dalam kehidupannya, kini mereka kehilangan jati diri baik sebagai manusia yang kaffa dan generasi penerus peradaban.
Selebihnya, kebobrokan moral sebagaimana telah menjadi penyakit pemuda kita, setidaknya mengindikasikan akan kembalinya peradaban masa jahiliah. Dengan wujud sikap-sikap yang tidak manusiawi, harkat martabat manusia ditumbalkan, hingga tidak mampu menggunakan akal dan pikirannya secara jernih.
Dispersepsi
Kemerosotan moral yang dialami pemuda hari ini, bukanlah hal yang terjadi dengan sendirinya. Hal itu akibat perubahan zaman, lingkungan sosial dan budaya di mana mereka hidup. Namun, saat ini pengaruh kuat yang dapat diindikasikan atas perubahan sikap dan perilaku atau kemerosotan yang hampir menggerogoti pemuda adalah media sosial dan lingkungan sosial.
Patut diakui seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Penggunaan internet dan media sosial cukup luas dan masif dioperasikan oleh umat manusia, khususnya pemuda. Keadaan ini semakin memudahkan mereka mengakses hal-hal yang mendukung terciptanya suasana yang serba bebas.
Dampaknya, sering kali pemuda menampakkan sikap dan gaya hidup bebas. Tidak sedikit pemuda kehilangan jati diri sehingga tidak sungkan mengaplikasikan sikap amoral dan arogan yang secara prinsipil tidak sesuai dengan nilai, norma dan aturan yang berada dimasyarakat.
Perilaku itu-pun semakin menjurus pada ruang tak beradapan. Pengetahuan_ sering kali tak seirama dengan sikap. Ia_mengambang dalam otak, tak terhunjam ke dalam hati dan sikap. Perubahan dan perkembangan zaman, seakan tidak lagi niscaya, melainkan menjadi petaka dalam kehidupan bangsa.
Pendapat kontradiktif ini bukan bermaksud mau menafikan perkembangan, sebab segala perubahan yang terjadi merupakan keniscayaan. Dan tergantung kita, bagaimana menyikapi perubahan itu. Baik dan buruknya berdasarkan watak kemanusian-nya sendiri.
Kemajuan dan pengetahuan akan menjadi manfaat bagi manusia-manusia pilihan. Manusia pilihan di sini adalah manusia yang memanfaatkan segala perubahan dan kemajuan dengan bijak. Menjadikan realitas itu, sebagai ruang pencerahan dan media untuk menempa diri dan keberlangsungan peradaban bangsa yang baik. Bukan sebaliknya.
Ketahanan Keluarga
Selebihnya, jika generasi kita, terutama pemuda sebagai pemain utama atas perubahan dengan segala kemajuan. Dan sikap yang tak bermoral lahir dari kemajuan itu, maka ketangguhan orang orang tua sangat penting. Keluarga sebagai ruang kontrol terhadap kehidupan sosial yang dijalaninya. Bertanggung jawab memantau setiap aktivis yang dilakukan, lebih-lebih bagaimana mereka bergaul dan berteman.
Lingkungan keluarga merupakan dunia yang terbuka dan tampa batas waktu menjadi penyokong tumbuh kembangnya kehidupan anak. Sebagai sekolah pertama keluarga sangat urgen dalam membentuk dan membiasakan pola hidup baik. Sikap, perilaku dan moral senantiasa terbentuk dari pola kebiasaan yang terus ditanamkan oleh keluarga.
Sistem sosial keluarga termasuk fondasi utama untuk membantengi anak dari sesuatu yang negatif yang dapat mengikis moral mereka. Hal ini berarti ketahanan keluarga senantiasa perlu terus dirajut demi pertumbuhan anak. Jika ketahanan sistem keluarga sudah rapuh, maka pengaruh lingkungan yang tidak baik akan memperburuk perilaku atau moral anak.
*)Muhammad Yazid,Santri Pondok Shalawatan Al-Mushthafa, Baturetno Yogyakarta