Sumenep, NOLESA.com — Pemerintah Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur menggelar peringatan Hari Keluarga Nasional (HKN) ke-29.
Acara peringatan Hari Keluarga Nasional (HKN) ke-29 bertempat di Balai Desa Tanjung Kecamatan Saronggi, Sumenep, Kamis, 7 Juli 2022.
Peringatan HKN ke-29 ini dihadiri oleh Bupati Sumenep Lora Achmad Fauzi, beserta jajaran Forkopimda.
Dalam sambutannya Bupati Ra Fauzi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk selalu bersinergi mengatasi dan mencegah masalah stunting.
“Pencegahan dan penurunan stunting ini tidak bisa dilakukan oleh satu instansi saja, namun membutuhkan komitmen dan kerja keras seluruh pihak, mengingat kondisi geografis dan faktor sosial masyarakat yang kompleks di Kabupaten Sumenep,” terang Bupati Ra Fauzi.
Ketua DPC PDI Perjuangan itu mengaku optimistis jika semua stakeholder bersatu maka, angka prevelensi stunting Kabupaten Sumenep dapat turun menjadi 14 persen pada 2024 sesuai dengan target pemerintah.
Dari itu, suami Nia Kurnia ini berharap adanya komitmen dari berbagai pihak agar berperan aktif melakukan koordinasi dan komunikasi dalam rangka mencegah dan menurunkan angka stunting di Sumenep.
“OPD terkait bisa mensinergikan langkah nyata yang dilakukan secara masif, terintegrasi dan terarah, supaya setiap kegiatan penurunan dan pencegahan stunting bisa dilaksanakan tepat sasaran,” pesannya.
Bupati Ra Fauzi kembali menegaskan bahwasanya percepatan penurunan angka stunting tidak hanya sekedar dari aspek kesehatan saja, melainkan ada faktor lainnya, di antaranya kondisi ekonomi dan kasus penceraian yang mengakibatkan ketahanan keluarga rapuh.
“Padahal ketahanan keluarga sangat diperlukan dalam upaya membangun kualitas keluarga, menghadapi permasalahan-permasalahan sosial di masyarakat,” tuturnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Sumenep, Agus Mulyono menyatakan, langkah nyata yang bisa dilakukan guna mencegah dan menurunkan angka stunting, yakni membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) sebanyak 866 orang.
Tidak hanya itu, lanjut Kadis Agus, juga melibatkan tiga komponen yaitu bidan desa, Tim Penggerak PKK desa dan kader KB desa yang jumlahnya 2000 orang.
“Mereka yang terjun langsung ke masyarakat dengan melakukan intervensi intensif, yakni intervensi sensitif di luar bidang kesehatan, namun sangat mendukung percepatan penurunan stunting dan intervensi spesifik yaitu lingkup bidang kesehatan,” tutup Kadis Agus.(*)
Penulis : Rusydiyono
Editor : Ahmad Farisi