Sesuatu yang Tertinggal
Pada jalan yang menyimpan harum kemenyan
Detak dada bagai bising kereta
Dan sesuatu yang tertinggal di rumah
Adalah janji pembacaan puisi dalam putaran ilusi
Kemudian, lenguh matahari
Umpama kedip yang mendekap
Memeluk rahim awal
Pada nyala sepasang mata kekasih
Tunduk janur mengurai
Di setiap pagar kecemasan
Melebur aksara kemarin.
Kemarin adalah memoar sendu
Gilimanuk 2024S
Sebuah Pintu
Remang cahaya mata kau
Bagai mata pisau.
Mata aku tuntas
Menyiratkan gemericik hujan
Pada sebuah pendar bahasa
Yang sebagian hurufnya adalah harapan
Bilangan baling-baling
Gagal pulang, kerumah
(Aku,kau)
Denpasar 2024
Memukul Kepala
Kau akan berpikir tangan aku mengeram
Sambil lalu bergetar
Kemudian jemari aku kemerah merahan
Padahal lutut aku tak akan pernah panas
Seseorang yang menuliskan kesalahan
Dari selembar maut
Serta bajunya adalah jalanan panjang
Lalu, setelah memukul kepalanya
Ia duduk pada kursi penyesalan
Kau tahu, mata dan ruangan benar kosong
Sungguh kosong
Denpasar 2024
Keterasingan
Detak yang membengkak
Pada nyala lampu
Dan sesuatu yang hendak menjauh
Denpasar Barat 2024
Nyepi
Sesuatu datang
Berambai-ambai dari kemerahan lampu
Ditabuh di sampingnya kebahagiaan
Sambil memenjarakan amarah
Yang setiap kali diayunkan
Pagi tak kalah sepi
Detak kaki umpama riang pepohonan
Saat pabrik dibangun.
Malamnya, bulan sama indahnya
Bagai gunung-gunung tanpa bising kereta.
Denpasar Barat 2024
Maswadi Kama, Santri PP. Annuqayah daerah Lubangsa Guluk-guluk, Sumenep, Madura, yang menyaring puisi di Komunitas Persi, dan Mahasiswa Universitas Annuqayah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI). Yang melihat dunia pertama di Pulau Gili Iyang, pada putaran almanak 19 April 2005, karyanya dimuat di berbagai media (cetak dan Online), diantaranya Radar Madura, dunia santri, majalah Sidogiri (2021), antologi Kopi, dan Jendela Sastra Indonesia (JSI).