Puisi-puisi Maswadi Kama Madura

Redaksi Nolesa

Rabu, 19 Juni 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi (Foto: pixabay)

Ilustrasi (Foto: pixabay)

Sesuatu yang Tertinggal

Pada jalan yang menyimpan harum kemenyan

Detak dada bagai bising kereta

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dan sesuatu yang tertinggal di rumah

Adalah janji pembacaan puisi dalam putaran ilusi

Kemudian, lenguh matahari

Umpama kedip yang mendekap

Memeluk rahim awal

Pada nyala sepasang mata kekasih

Tunduk janur mengurai

Di setiap pagar kecemasan

Melebur aksara kemarin.

Kemarin adalah memoar sendu

Gilimanuk 2024S

Sebuah Pintu

Remang cahaya mata kau

Baca Juga :  Puisi-Puisi Faiki Hakiki

Bagai mata pisau.

Mata aku tuntas

Menyiratkan gemericik hujan

Pada sebuah pendar bahasa

Yang sebagian hurufnya adalah harapan

Bilangan baling-baling

Gagal pulang, kerumah

(Aku,kau)

Denpasar 2024

Memukul Kepala

Kau akan berpikir tangan aku mengeram

Sambil lalu bergetar

Kemudian jemari aku kemerah merahan

Padahal lutut aku tak akan pernah panas

Seseorang yang menuliskan kesalahan

Dari selembar maut

Serta bajunya adalah jalanan panjang

Lalu, setelah memukul kepalanya

Baca Juga :  Narasi Al-Qur'an dan Hermeneutika Sufi : Interpretasi Rumi terhadap Tokoh Pharaoh

Ia duduk pada kursi penyesalan

Kau tahu, mata dan ruangan benar kosong

Sungguh kosong

Denpasar 2024

Keterasingan

Detak yang membengkak

Pada nyala lampu

Dan sesuatu yang hendak menjauh

Denpasar Barat 2024

Nyepi

Sesuatu datang

Berambai-ambai dari kemerahan lampu

Ditabuh di sampingnya kebahagiaan

Sambil memenjarakan amarah

Yang setiap kali diayunkan

Pagi tak kalah sepi

Detak kaki umpama riang pepohonan

Saat pabrik dibangun.

Malamnya, bulan sama indahnya

Bagai gunung-gunung tanpa bising kereta.

Baca Juga :  Kata dan Penguasa

Denpasar Barat 2024


Maswadi Kama, Santri PP. Annuqayah daerah Lubangsa Guluk-guluk, Sumenep, Madura, yang menyaring puisi di Komunitas Persi, dan Mahasiswa Universitas Annuqayah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI). Yang melihat dunia pertama di Pulau Gili Iyang, pada putaran almanak 19 April 2005, karyanya dimuat di berbagai media (cetak dan Online), diantaranya Radar Madura, dunia santri, majalah Sidogiri (2021), antologi Kopi, dan Jendela Sastra Indonesia (JSI).

Berita Terkait

Aneh?
Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri
Puisi-Puisi Lusa Indrawati
Sang Bidak
Gili Iyang: Agama, Budaya, dan Identitas Maritim
Fungsi dan Contoh Penggunaan Imbuhan ”Ber-“
Inilah Istilah Gaul yang Selalu Muncul pada Bulan Ramadan
Menghadapi Ujian Hidup Bersama Al-Qur’an dan Filosofi Teras

Berita Terkait

Senin, 31 Maret 2025 - 02:14 WIB

Aneh?

Minggu, 9 Maret 2025 - 12:00 WIB

Puisi-Puisi Moh Hafid Syukri

Minggu, 9 Maret 2025 - 10:00 WIB

Puisi-Puisi Lusa Indrawati

Minggu, 9 Maret 2025 - 08:30 WIB

Sang Bidak

Jumat, 7 Maret 2025 - 19:31 WIB

Gili Iyang: Agama, Budaya, dan Identitas Maritim

Berita Terbaru

Bupati Sumenep, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo (foto: dok. nolesa.com)

Daerah

Sayembara Kepala DLH Sumenep

Senin, 21 Apr 2025 - 10:01 WIB

Kepala Puskesmas Bluto, Sumenep, dr. Rifmi Utami ketika menyampaikan edukasi kepada JCH 2025 asal Kecamatan Bluto (Foto: ist/nolesa.com)

Daerah

Puskesmas Bluto Tunaikan Tugas Layani JCH 2025 Hingga Tuntas

Minggu, 20 Apr 2025 - 08:00 WIB