Kiai ya Kiai

Sujono

Jumat, 12 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sujono (Foto: dokumen pribadi)

Sujono (Foto: dokumen pribadi)

Oleh SUJONO*

Yang kemudian diterjemahkan dan dijuluki Kiai adalah orang yang oleh masyarakat dianggap atau diakui sebagai orang ‘alim.

Pada tahun 1990-an, muncul fenomena sebutan Kiai yang disertai dengan sub-sebutan. Ada Kiai Pesantren, Kiai mimbar, Kiai layar kaca, Kiai politik, Kiai koran, Kiai suwuk, Kiai MUI, Kiai ICMI, Kiai Danyang dan sebagainya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Artinya, yang Kiai Pesantren tidak tersinggung dengan Danyang yang disebut kiai. Yang Kiai mimbar tidak tersinggung dengan kerbau yang disebut kiai Slamet dan sebagainya.

Ada Sebuah Kisah

Begini; sampai Masduqi berusia 40 tahun, belum ada yang menyebut Kiai, sebab ayahnya masih hidup dan mengasuh Pesantren Mlangi.

Baca Juga :  Kritik Adalah Harga Diri Kita

Pekerjaannya sehari-hari adalah “njagol andong” (mengais bendi)-nya sendiri. Dan, itu masih beliau lakukan meski sudah disebut Kiai, dan mengasuh Pesantren Mlangi, menggantikan Ayahnya yang wafat.

Hanya, jadwal “njagol andongnya” berubah. Tidak lagi seharian, tetapi mulai jam 7.30 (seusai ngaji tafsir Al-Qur’an) hingga jam 9.00. Karena setelah itu, Kiai Masduqi harus mengaji lagi di hadapan para santri sampai menjelang waktu Dzuhur.

Beliau sama sekali tidak menyadari kalau dirinya disebut Kiai. Penampilan, tutur katanya, dan hubungan sosialnya tak berubah sedikit pun.

Baca Juga :  Saling Mengingatkan, Berikut Penyebab Batalnya Pahala Puasa Ramadan

Hanya saja, sekarang Kiai Masduqi lebih jarang keluar rumah. Kegiatan rutin yang bisa dilihat orang adalah njagol, mengaji dan menghormati tamu.

Kata orang di Kampung Mlangi, Kiai Masduqi makin merunduk saja. Kerundukan itu ditandai dengan tawadhu’.

Kerundukan sebagian kecil Kiai ada yang ditransparasikan dengan ketepatan “tak perlu memberi nama” kepada Pesantren yang diasuhnya, supaya tidak di anggap besar dan perlu diperbesar. Karena, yang besar atau diperbesar resikonya berat.

Maka, tidak perlu malu mengeluh seperti Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang selalu bersenandung;

“Andainya aku jadi tanah, alangkah bahagianya aku,” atau meniru dawuh Sayyidina Umar bin Khattab, “Tuhan-ku, berikanlah aku yang sedikit.”

Baca Juga :  Pesan-pesan Ramadan Wapres KH Ma'ruf Amin, Salah Satunya Imbauan Memasuki Tahun Politik

Baik sangka saya, apa yang menjadi sikap Kiyai, adalah upaya menangkal dan memperisai diri dari kemungkinan terjangkit “Penyakit Hati terutama yang bernama “Penyakit ‘Ain.” Suatu penyakit yang diakibatkan kesilauan hati karena tersorot banyak sinar mata (kagum) publik.

Sorot mata publik tak bisa dihindari karena Kiai itu pemimpin. Dan pemimpin itu adalah muara dari segala arah dan tujuan. Wallahu a’lam…!

(Diadaptasi dari sumber utama artikel Kiai Cholil Bisri dan sumber bacaan lainnya)

Berita Terkait

Akhir dari Presidensial Threshold
Catatan Pengujung Tahun 2024
Isu Politisasi Hukum dan Marwah Penegakan Hukum Kita
Kritik Adalah Harga Diri Kita
Membaca Manuver Mas Wapres
Tahan! Jaga Diri dari Sembarangan Menuduh dan Menyebarkannya
Serba-serbi Guru
Titik Krusial; Jangan Paksakan Anakmu untuk Menjadi Seperti Kamu

Berita Terkait

Selasa, 7 Januari 2025 - 05:10 WIB

Akhir dari Presidensial Threshold

Selasa, 31 Desember 2024 - 15:44 WIB

Catatan Pengujung Tahun 2024

Senin, 30 Desember 2024 - 20:43 WIB

Isu Politisasi Hukum dan Marwah Penegakan Hukum Kita

Kamis, 26 Desember 2024 - 16:00 WIB

Kritik Adalah Harga Diri Kita

Jumat, 20 Desember 2024 - 18:28 WIB

Membaca Manuver Mas Wapres

Berita Terbaru

MA Nasy-Mut Candi Cetak Penulis Melalui Mimbar Akademik, Minggu 12/1/2025 (Foto: ist/nolesa.com)

Pendidikan

MA Nasy-Mut Candi Cetak Penulis Melalui Mimbar Akademik

Minggu, 12 Jan 2025 - 20:59 WIB

Mimbar

Akhir dari Presidensial Threshold

Selasa, 7 Jan 2025 - 05:10 WIB

Sekretaris BPBD Kabupaten Sumenep, Abd. Kadir (Foto: dok. pribadi)

Opini

Melibatkan Tuhan, Catatan Awal Tahun 2025

Kamis, 2 Jan 2025 - 20:23 WIB