Oleh Farisi Aris*)
Tak diragukan lagi. Hidup adalah misteri. Pada satu konteks, mungkin kita bisa merencanakan hidup, dan berhasil. Sesuai ekspektasi dan standar-standar pencapaian yang ditentukan. Dan, kita senang. Bahagia. Puas. Tersenyum lebar.
Namun, siapa sangka, bahwa di suatu konteks lain, hidup sama sekali tak bisa direncakan. Ledakan-ledakan tak diinginkan, tiba-tiba saja terjadi. Meratakan segala: rencana, bangunan, prinsip, struktur, nilai-nilai, bahkan sampai ke titik-titik ideologis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dan, kita pun bertanya-tanya: mengapa ledakan-ledakan tak bertuan ini terjadi? Mungkinkah ledakan itu terjadi karena tindakan-tindakan kita? Yang disadari atau tidak? Yang kecil ataupun yang besar?
Mungkin, Anda punya jawaban tersendiri atas pertanyaan-pertanyaan di atas. Dan, begitupun saya. Namun, pun begitu, saya ingin mengakui bahwa jawaban yang saya punya, tak lain adalah jawaban pra-anggapan. Dan, boleh jadi jawaban yang Anda punya juga tak lebih dari sekadar jawaban pra anggapan; jawaban yang tak pernah jelas finalitasnya.
Mengapa saya katakan demikian? Karena seyogyanya, pertanyaan-pertanyaan di atas adalah pertanyaan-pertanyaan misterius, yang jawabannya, tidak dimiliki oleh akal manusia, melainkan oleh Akal Tuhan; akal yang kadangkala, dan sering kali, berbanding terbalik dari akal manusia.
Jika Anda pernah membaca novel, atau cerita-cerita fiksi lainnya, ya begitulah hidup: penuh kejutan, dan alur-alur yang kadangkala mematikan akal dan pikiran kita. Rasionalitas dan segala bentuk perhitungan, dibuat lumpuh seketika.
Memang, sejumlah teks-teks religius, telah mengatakan bahwa apa yang kita alami adalah apa yang kita lakukan, apa yang kita usahakan. Namun, bukankah ada banyak peristiwa yang kita alami adalah apa yang tidak kita usahakan, yang artinya tidak kita inginkan? Yang bahkan, secuilpun, alasannya tak kita ketahui.
Karena itu, hidup sebenarnya bukan apa yang kita rencanakan, juga bukan apa yang kita usahakan. Tetapi, adalah apa yang Sang Pemberi Hidup tentukan untuk kita. Suka atau tidak. Direncanakan atau tidak.
Tidak seperti aktor dalam sebuah pertunjukan teater, yang tahu perannya secara umum dan khusus, kita tidak seperti itu. Pengetahuan kita terbatas, akan hidup yang adalah misteri.
Jika Anda pernah membaca novel, atau cerita-cerita fiksi lainnya, ya begitulah hidup: penuh kejutan, dan alur-alur yang kadangkala mematikan akal dan pikiran kita. Rasionalitas dan segala bentuk perhitungan, dibuat lumpuh seketika.
Yogyakarta, 01 September 2022
*) Farisi Aris, penulis lepas, mukim di Yogyakarta