Oleh: Ahzam Habas*
Hari Puisi Nasional diperingati setiap tanggal 28 April di Indonesia. Tanggal ini dipilih untuk mengenang wafatnya Chairil Anwar, salah satu penyair terbesar Tanah Air yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan sastra Indonesia.
Chairil Anwar dikenal sebagai pelopor Angkatan ’45, dengan karya-karya yang kuat, tajam, dan penuh semangat kebebasan. Puisinya yang paling terkenal, seperti “Aku dan Karawang-Bekasi”, masih menggema hingga kini sebagai simbol perlawanan, perjuangan, dan kebebasan berekspresi.
Peringatan Hari Puisi Nasional bukan hanya bentuk penghormatan terhadap sosok Chairil Anwar, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi kita semua tentang peran penting puisi dalam kehidupan. Puisi tidak hanya sekadar susunan kata yang indah, tetapi juga sarana menyuarakan isi hati, menyampaikan kritik sosial, serta mengabadikan sejarah dan budaya bangsa.
Di era modern seperti sekarang, puisi mengalami transformasi bentuk dan media. Banyak penyair muda bermunculan dengan gaya yang lebih segar dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Media sosial pun menjadi ruang baru bagi puisi untuk hidup dan menjangkau khalayak yang lebih luas. Fenomena ini menunjukkan bahwa puisi tetap relevan dan terus berkembang seiring zaman.
Hari Puisi Nasional juga menjadi ajang bagi komunitas sastra, sekolah, dan institusi budaya untuk menggelar berbagai kegiatan, seperti pembacaan puisi, lomba cipta puisi, diskusi sastra, hingga pelatihan menulis. Semua ini bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap puisi, terutama di kalangan generasi muda.
Melalui peringatan ini, kita diajak untuk tidak melupakan kekuatan kata-kata dalam membentuk cara berpikir dan merasakan. Puisi adalah cermin jiwa bangsa, yang merekam denyut kehidupan dari sudut pandang yang lebih dalam dan puitis. Mari terus hidupkan semangat puisi, bukan hanya sebagai karya sastra, tetapi juga sebagai bagian dari kehidupan yang penuh makna.
*Penulis lepas
Editor : Ahmad Farisi