Di Balik Sorotan Layar: Generasi Z, FoMO, dan Kecemasan yang Tak Terdengar

Redaksi Nolesa

Selasa, 20 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(for NOLESA.COM)

(for NOLESA.COM)

Oleh | Agil Wahyu Nur Isnaini

ESAI, NOLESA.COM – Di balik layar kecil yang tak pernah benar-benar mati, manusia kini hidup dalam kejar-kejaran yang melelahkan: takut tertinggal, takut tidak dianggap, juga tidak eksis. Generasi Z tumbuh dalam pusaran algoritma yang menampilkan kehidupan orang lain sebagai standar bahagia yang harus dikejar.

Mereka tidak sekadar ingin tahu, tapi merasa harus tahu. Di sinilah Fear of Missing Out (FoMO) tumbuh perlahan namun pasti, menjadi tekanan sosial yang membentuk ulang cara kita berpikir, merasa, dan bertindak di dunia digital.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

FoMO bukan sekadar rasa penasaran biasa, tetapi telah berkembang menjadi tekanan sosial yang signifikan. Gen Z, yang tumbuh bersama media sosial, sering kali merasa harus selalu up-to-date dengan tren terbaru agar tetap relevan di lingkungannya.

Ketika melihat teman-teman mereka menghadiri acara eksklusif, menikmati perjalanan ke destinasi populer, atau bahkan mencapai kesuksesan tertentu, muncul kecemasan bahwa mereka sedang tertinggal. Hal ini dapat menimbulkan perasaan kurang berharga, stres, dan kecenderungan untuk terus membandingkan diri dengan orang lain.

Tekanan ini semakin diperparah dengan algoritma media sosial yang secara sengaja menampilkan konten yang mendorong keterlibatan pengguna. Akibatnya, banyak individu merasa terdorong untuk terus menggulir layar tanpa henti, takut melewatkan sesuatu yang penting.

Jika dibiarkan, FoMO dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental, mulai dari kecemasan, gangguan tidur, hingga depresi. Lalu, bagaimana sebenarnya dampak FoMO terhadap kehidupan sehari-hari Generasi Z? Dan langkah apa yang bisa diambil untuk mengatasinya?

Dampak FoMO terhadap Kesehatan Mental dan Sosial Generasi Z

Penelitian dari Universitas Bhayangkara mengungkap, banyak mahasiswa merasa cemas jika tak ikut dalam tren online. Mereka merasa tertinggal, bahkan tak cukup baik. Penelitian ini menemukan bahwa mahasiswa berada pada kategori sedang dalam tingkat FoMO, yang menunjukkan adanya kecenderungan untuk terus memantau media sosial demi mengikuti tren dan informasi terbaru.

Baca Juga :  Mengulik Jejak Trauma, Kuasa, dan Ingatan Kolektif dalam Cerpen Musik Akhir Zaman Karya Kiki Sulistyo

Dengan dominasi pengguna Instagram di Indonesia berasal dari kelompok usia 18-24 tahun, terutama mahasiswa, platform ini menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kecemasan digital yang mereka alami.

Studi ini juga mengungkap bahwa FoMO berdampak pada kesejahteraan mental mahasiswa, di mana individu dengan tingkat FoMO tinggi cenderung mengalami kecemasan, perasaan rendah diri, dan ketergantungan pada media sosial.

Semakin tinggi tingkat FoMO seseorang, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengalami kecanduan media sosial, yang dapat mengganggu aktivitas akademik dan kehidupan sehari-hari. Penggunaan Instagram yang berlebihan bahkan dapat menyebabkan stres, gangguan tidur, serta kesulitan berkonsentrasi akibat kebiasaan terus-menerus memantau aktivitas orang lain.

Menariknya, studi ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam tingkat FoMO. Namun, perempuan cenderung lebih rentan terhadap pengaruh sosial di Instagram karena mereka lebih sering menerima komentar positif, yang memperkuat ketergantungan mereka terhadap media sosial.

Selain itu, perempuan memiliki harga diri kolektif yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yang membuat mereka lebih sering terlibat dalam interaksi digital.

Sebuah studi lain yang relevan juga diterbitkan dalam Jurnal Mahasiswa Komunikasi Cantrik Universitas Islam Indonesia tahun 2024 meneliti dampak penggunaan Instagram terhadap kesehatan mental Generasi Z di Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus, di mana data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan tiga informan yang termasuk dalam Generasi Z, memiliki akun Instagram, dan berdomisili di Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Instagram berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental, terutama dalam bentuk FoMO (Fear of Missing Out), rasa insecure, stres, kecemasan, dan tekanan sosial akibat fenomena flexing.

Baca Juga :  Menelusuri Realitas Sosial dalam Kumpulan Cerpen Tak Ada Asu di Antara Kita Karya Joko Pinurbo

Para informan mengungkapkan bahwa interaksi di Instagram sering kali memicu perasaan gelisah dan menurunkan rasa aman, sehingga beberapa di antaranya memilih untuk mengurangi atau bahkan menghapus akun Instagram. Selain itu, perbandingan sosial yang terjadi di platform ini membuat pengguna merasa tertinggal dan kurang percaya diri, terutama saat melihat unggahan orang lain tentang pencapaian, gaya hidup, atau kebahagiaan mereka.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Instagram lebih banyak memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental Generasi Z, dan mereka yang mengurangi penggunaan media sosial ini cenderung merasa lebih tenang dan fokus pada kehidupan nyata.

Oleh karena itu, studi ini merekomendasikan perlunya penelitian dalam skala yang lebih luas untuk memahami hubungan antara media sosial dan kesehatan mental dalam berbagai aspek sosial dan psikologis.

Pengaruh Fear of Missing Out (FoMO) di Media Sosial terhadap Kesehatan Keuangan Generasi Z

Selain aspek psikologis, FoMO juga berdampak pada kebiasaan konsumtif. Banyak individu merasa terdorong untuk membeli produk atau mengikuti tren tertentu demi merasa tetap relevan dan tidak ketinggalan.

Fenomena ini semakin diperparah dengan strategi pemasaran berbasis urgensi, seperti penawaran flash sale atau promosi terbatas, yang memanfaatkan ketakutan akan kehilangan kesempatan untuk mendorong keputusan impulsif.

Penelitian yang diterbitkan pada 20 Mei 2024 di Jurnal Bisnis Kreatif dan Inovatif, Asosiasi Riset Ilmu Manajemen Kewirausahaan dan Bisnis Indonesia (ARIMBI) meneliti dampak FoMO di media sosial terhadap kesehatan keuangan Generasi Z.

Penelitian ini melibatkan 101 responden Generasi Z dan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian kausal komparatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa FoMO memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan keuangan Generasi Z, termasuk kecenderungan menggunakan utang untuk mengikuti tren terbaru, yang dapat menyebabkan masalah keuangan serius.

Baca Juga :  Damar Kambang: Sebuah Perspektif Semiotik dan Kultural

Secara keseluruhan, penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa FoMO di media sosial memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan keuangan dan perilaku konsumtif Generasi Z. Oleh karena itu, penting bagi Generasi Z untuk meningkatkan literasi keuangan dan mengembangkan strategi untuk mengelola FoMO guna menjaga kesehatan keuangan mereka.

Untuk mengatasi tekanan sosial akibat FOMO, penting bagi generasi muda untuk membatasi penggunaan media sosial dan lebih berfokus pada kegiatan yang memberikan kebahagiaan serta kepuasan pribadi. Menjaga hubungan yang sehat dan berkualitas dengan orang-orang di sekitar juga dapat menjadi langkah efektif dalam mengurangi dampak negatif FoMO.

Selain itu, meningkatkan literasi digital dan kesadaran akan dampak psikologis media sosial dapat membantu individu mengembangkan pola pikir yang lebih sehat terhadap informasi yang mereka konsumsi.

Sudah saatnya kita sebagai generasi muda harus berani menekan tombol jeda, bukan karena lelah semata, tetapi karena kita sadar bahwa hidup bukan perlombaan eksistensi yang harus ditayangkan setiap saat.

Tidak semua yang viral layak dikejar, dan tidak semua kebahagiaan bersumber dari validasi digital. Kadang, justru dalam ruang-ruang sunyi, kita belajar merayakan hidup dengan cara yang lebih utuh dan jujur.(*) 

*Agil Wahyu Nur Isnaini lahir di Sleman, 3 November 2002. Saat ini menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta. Aktif dalam kegiatan literasi, organisasi pemuda, dan olahraga.

Pernah menulis esai sastra berjudul Melintasi Bayang Kelam dalam ‘William’ karya Risa Saraswati yang dipublikasikan di nolesa.com pada Juni 2024.

Dapat dihubungi melalui akun media sosial Instagram: @isnainiagi

Editor : Wail Arrifqi

Berita Terkait

Eksplorasi Budaya Suku Mentawai dalam Novel Burung Kayu Karya Niduparas Erlang
Mengulik Jejak Trauma, Kuasa, dan Ingatan Kolektif dalam Cerpen Musik Akhir Zaman Karya Kiki Sulistyo
Kritik Sastra Objektif Lapisan Cerita dalam Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari
Problematika Hukum Batas Usia 58 Tahun untuk Calon Sekda Kabupaten/Kota
Kegilaan, Harapan, dan Ketakutan: Analisis Sosiologis dari Naskah Drama Orang-Orang di Tikungan Jalan Karya W. S. Rendra
Demagog UU Ciptaker dalam Izin Pertambangan: Kemudahan Investasi atau Pengkhianatan terhadap Rakyat
Polemik Ijazah Palsu: Ironi Administrasi dalam Pemilihan Kepala Daerah
Ketika Pagi Tak Sekadar Bahagia: Sebuah Analisis Objektif terhadap Naskah Drama Bangun Pagi Bahagia karya Andy Sri Wahyudi

Berita Terkait

Senin, 16 Juni 2025 - 02:58 WIB

Eksplorasi Budaya Suku Mentawai dalam Novel Burung Kayu Karya Niduparas Erlang

Jumat, 13 Juni 2025 - 22:26 WIB

Mengulik Jejak Trauma, Kuasa, dan Ingatan Kolektif dalam Cerpen Musik Akhir Zaman Karya Kiki Sulistyo

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:21 WIB

Kritik Sastra Objektif Lapisan Cerita dalam Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari

Kamis, 12 Juni 2025 - 21:38 WIB

Problematika Hukum Batas Usia 58 Tahun untuk Calon Sekda Kabupaten/Kota

Kamis, 12 Juni 2025 - 11:15 WIB

Kegilaan, Harapan, dan Ketakutan: Analisis Sosiologis dari Naskah Drama Orang-Orang di Tikungan Jalan Karya W. S. Rendra

Berita Terbaru

(for NOLESA.COM)

Resensi Buku

Cinta Habis di Orang Lama itu Nyata Adanya

Sabtu, 14 Jun 2025 - 02:07 WIB