Badai Telah Berlalu, Ngapain Begitu

Rusydiyono

Sabtu, 4 Maret 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mimbar, NOLESA.com — Badai dan semua cerita pilu di Pulau Masalembu seperti kepingan puzzle yang telah tersusun utuh. Dari sekian cerita dan semua upaya semua pihak telah berwujud nyata. Bantuan untuk warga di sana telah tiba. Artinya badai telah berlalu.

Dari beragam ungkapan peristiwa di Masalembu bisa disederhanakan: itu musibah. Dan, kita punya kewajiban membantu. Semampunya. Sebisanya. Seadanya. Bahkan, sekedar berempati, itu sudah lebih.

Siapa pun dia, tentu boleh ‘hadir’ melihat dan berusaha membantu yang tertimpa musibah. Sekecil apa pun perannya akan dinilai membantu. Dengan catatan, kedatangannya bukan untuk memperkeruh. Tapi, saya yakin semua memiliki niatan membantu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Legislatif mendesak pihak terkait segera turun membantu. Aktivis mengkritisi kesigapan pemerintah yang dinilai lamban dan tidak siap mengantisipasi. Padahal, bukan kejadian yang pertama kali. Sementara pemerintah menyampaikan telah berkoordinasi untuk mengatasi kelangkaan pangan yang menjadi topik utama dalam cerita Badai Masalembu.

Baca Juga :  Jilbabisasi: Pendidikan yang Tidak Mendidik

Media hadir memberitakan dari berbagai sisi cerita. Mulai kelangkaan bahan makanan, dan semua upaya yang telah dilakukan oleh pihak yang memiliki keinginan membantu.

Saya kira semua media telah berusaha menghadirkan fakta dan menyajikan cerita utuh tentang peristiwa Masalembu. Tak usah saling cemburu. Ingat dalam musibah, semua yang hadir pasti untuk membantu.

Kalaupun ada yang memiliki niatan lain, sikapnya juga pasti pura-pura membantu. Tapi sudahlah, soal niatan dan keikhlasan hanya Tuhan yang tahu.

Kita tak perlu heran atau kepanasan apabila di tengah riuhnya suasana muncul suara saling menyalahkan, itu biasa di masyarakat kita. Selama proses berjalan, semua akan menunjukkan kelebihan yang dia punya. Jangan saling menyalahkan sebab, semua itu adalah upaya untuk turut menyelesaikan persoalan.

Baca Juga :  Vonis Bebas untuk Haris-Fatia

Sekedar contoh, silakan ke rumah sakit. Selama orang sakit yang dijenguknya belum membaik, usaha dokter dan obat sekan tidak ada manfaatnya. Kalau perlu semua permasalahan diarahkan kepadanya.

Badai telah berlalu, masyarakat juga telah terbantu

Bukan hal baru dalam cerita musibah, termasuk kejadian Masalembu. Ketika solusi datang menyelesaikan permasalahan, yang berkerumun akan pulang. Di tengah jalan dia akan bercerita bagaimana dahsyatnya usaha yang baru saja dia dilakukan. Sehingga semua masalah bisa terselesaikan.

Padahal dari yang lainnya juga begitu, sama-sama bercerita usahanya untuk membantu. Dalam banyak versi cerita ‘pahlawan’ Badai Masalembu, kita harus mampu merekamnya secara utuh bahwa mereka semua telah berupaya membantu menyelesaikan segala permasalahan Masalembu.

Satu yang harus disadari, yang dilakukan aktivis, yang diperjuangkan Darul Hasyim Fath selaku anggota dewan putra Masalembu, dan yang diupayakan Bupati Achmad Fauzi, serta yang dilakukan Pemprov Jatim, juga pihak lain yang turut membantu merupakan satu kesatuan gerak langkah yang saling melengkapi sehingga krisis pangan di Masalembu bisa teratasi.

Baca Juga :  Kutukan Agama di Masa Depan

Kata senior saya: itu bukti bahwa negara hadir di tengah balada rakyatnya.

Tentang siapa yang paling berjasa, terserah yang merasa. Biarkan mereka bergembira atas keberhasilannya. Hitung-hitung sebagai obat lelah setelah memperjuangkan kegembiraan saudara kita yang di Masalembu. Kata para sesepuh kita: pabiasa.

Ingat kata Bung Karno presiden kita yang pertama; Semangat gotong royong adalah pembanting tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu membantu bersama, amal semua untuk kepentingan semua, keringat semua untuk kebahagiaan semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah gotong royong!,” ujar Bung Karno dalam pidatonya pada 1 Juni 1945.

Ayo Bergotong Royong untuk Menolong!

Berita Terkait

Muhasabah: Belajar Menggali Kekuatan Jiwa
Abu Ustman Al-Hiri: Menjaga Getar Perasaan Wanita
Krisis Nepal: Pelajaran untuk Indonesia
Klarifikasi dan Luka Sosial
Saatnya Negara Berbenah
Protes Publik dan Pemerintah yang Gagal Paham
Seleksi Calon Hakim Konstitusi dan “Tafsir Sesat” DPR
Ibnu Khaldun; Runtuhnya Suatu Imperium Biasanya Diawali dengan Kezaliman

Berita Terkait

Jumat, 26 September 2025 - 13:55 WIB

Muhasabah: Belajar Menggali Kekuatan Jiwa

Jumat, 19 September 2025 - 07:54 WIB

Abu Ustman Al-Hiri: Menjaga Getar Perasaan Wanita

Kamis, 11 September 2025 - 06:14 WIB

Krisis Nepal: Pelajaran untuk Indonesia

Senin, 8 September 2025 - 20:16 WIB

Klarifikasi dan Luka Sosial

Selasa, 2 September 2025 - 15:04 WIB

Saatnya Negara Berbenah

Berita Terbaru

Beberapa waktu lalu Presiden Prabowo tinjau program MBG di Bogor (foto: Biro Pers Kepresidenan)

Esai

Program MBG Presiden Prabowo dan Ancaman Inkompetensi

Selasa, 30 Sep 2025 - 18:31 WIB

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto meresmikan akad massal 26.000 unit Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Sejahtera Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) di Perumahan Pesona Kahuripan 10, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Senin 29/9/2025 (foto: IP)

Nasional

Presiden Prabowo Targetkan 3 Juta Rumah untuk Rakyat

Selasa, 30 Sep 2025 - 11:35 WIB