Sumenep, NOLESA.com – Dewan Pendidikan Kabupaten Sumenep (DPKS) berharap muatan lokal di satuan pendidikan, mulai dari SD, SMP hingga SMA, tidak menjadi mata pelajaran pelengkap.
Lebih dari itu, DPKSD menekankan bagaimana muatan lokal harus menjadi instrument ilmu pengetahuan yang membuat peserta didik tidak terasing dengan masyarakatnya.
Semangat tersebut diungkapkan Salamet Wahedi anggota DPKS saat menjadi pembicara dalam acara talkshow Mengenal Keris Yang Muda Yang Berbudaya dalam rangkaian Haul Akbar dan Jamasan Pusaka Leluhur Aeng Tong-Tong dan Pusakan Keraton Sumenep di Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi, Sumenep, Rabu, 26 Juli 2023.
“Kita mengenal istilah sekolah berbasis masyarakat. Yang bis akita tafsirkan masyarakat memiliki peran penting terhadap kemajuan sekolah. Akan tetapi, yang perlu digarisbawahi, masyarakat jangan hanya dilibatkan sebatas untuk sumbangan atau mencari murid semata,” ujar pria yang akrab disapa Mas Set itu.
“Melalui forum ini, saya mengajak kita semua, bahwa sekolah harus mencerminkan nilai-nilai, norma, serta kekayaan budaya yang ada di masyarakat,” imbuh dia.
Mas Set juga menyampaikan apresiasinya pada panitia jamasan yang telah melibatkan masyarakat pendidikan. Kehadiran pada siswa dan mahasiswa, tambah Wahedi, merupakan momentum menata masa depan peradaban yang lebih baik.
Alumni Pascasarjana UGM Jogjakarta itu juga menjelaskan, tradisi jamasan pusaka bukan sekadar identitas budaya. Akan tetapi menjadi modal sekaligus kekayaan budaya untuk membaca berbagai peluang di era globalisasi.
Pelestarian budaya jangan dimaksudkan sebagai merawat warisan leluhur semata, apalagi sekadar nostalgia. Merawat tradisi adalah modal kita untuk membaca berbagai peluang di era globalisasi ini,” terangnya.
Ke depan, pihaknya akan terus mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep untuk menguatkan muatan lokal di satuan pendidikan.
“Selama ini, kita berupaya dan meyakinkan dinas pendidikan untuk mewajibkan muatan lokal di sekolah-sekolah. Tentunya muatan lokal yang meliputi banyak hal. Seperti bahasa Madura, permainan tradisional, pra-karya, tradisi dan sebagainya,” pungkasnya.
Penulis : Rusydiyono
Editor : Ahmad Farisi