Sastrawan Saut Situmorang Sempat Termakan Stereotip Rasis terhadap Orang Madura

Redaksi Nolesa

Minggu, 10 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Saut Situmorang menjadi pembicara bedah buku kumpulan cerita Yasima Ingin Juru Masak Nippon bersama Bernando J. Sujibto

Saut Situmorang menjadi pembicara bedah buku kumpulan cerita Yasima Ingin Juru Masak Nippon bersama Bernando J. Sujibto

Yogyakarta, nolesa.com – Saut Situmorang dikenal sebagai sastrawan yang kritis dan blak-blakan dalam menyampaikan argumentasinya. Sabtu (9/10) penyair Yogyakarta tersebut menjadi pembicara bedah buku kumpulan cerita Yasima Ingin Jadi Juru Masak Nippon bersama Bernando J. Sujibto. Acara ini dihelat pada malam hari oleh Komunitas Kutub di Aula Utama Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari.

Kehadiran kumpulan cerita karya Edy Firmansyah ini disambut baik oleh kedua pembicara karena dianggap bernapas segar.

“Di antara banyak prosais yang menulis Madura kerap kali menuliskannya dengan cara eksotis,” ujar Beje, sapaan akrab Bernando J. Sujibto.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Beje menyebut beberapa nama seperti Mahwi Air Tawar dan Muna Masyari untuk menunjukkan bahwa perspektif cerita-cerita Edy Firmansyah di buku yang diterbitkan oleh Cantrik Pustaka itu berbeda. Bahkan, Beje menukil nama cerpenis senior M. Fudoli Zaini yang intens menulis kisah-kisah sufistik.

Baca Juga :  Kerja Sama DLK UNY, MGMP, dan Balai Bahasa Sukses Adakan Pelatihan, Pendampingan, dan Lomba Penulisan

Di hadapan Saut, cerita-cerita Edy Firmansyah sudah selesai dengan teknik menulisnya.

“Hanya saja yang mengganggu saya adalah cara Edy menutup cerita-ceritanya yang terburu-buru. Cerita pendek bukan berarti ceritanya pendek. Cerpen sekarang dibuat sependek mungkin, mengukur jumlah karakter yang diinginkan koran itu,” ujar Saut.

Seperti gaya dan karakter Saut, selain pujian, cerita-cerita di buku tersebut menuai kritik. Saut Situmorang berharap ke depannya, cerpenis Madura tidak hanya sekadar berhenti di tema sejarah Madura seperti yang ditulis Edy Firmansyah. Saut mengatakan harus ada yang menulis kisah-kisah diaspora orang Madura.

Baca Juga :  Ketika di Pasar Pucong Anom Surabaya, Presiden Jokowi Dicecar Pertanyaan oleh Wartawan Cilik

“Saya tidak main-main mengatakan ini,” ujarnya kemudian.

Penyair berambut gimbal itu bercerita bahwa dia selama ini termakan stereotip pandangan orang-orang dan berita di media terhadap orang Madura.

“Saya dulu pernah jalan-jalan ke Surabaya. Tapi, putar balik sampai Suramadu karena takut dicarok,” katanya sambil tertawa.

“Sampai akhirnya saya mendapat undangan dari panitia Festival Aksara Manifesco, Pamekasan tahun 2019. Ketika mobil masuk dari Suramadu ke Madura, saya kaget melihat jalan aspalnya bagus sekali. Di sana saya tidak melihat preman sama sekali. Malahan saya melihat santri di mana-mana, orang-orang pakai sarung. Sudah jadi Pulau Santri, bukan Pulau Garam. Saya sama sekali tidak melihat garam. Masak di lampu merah santri-santri itu pakai sarung tapi tidak pakai helm. Itu sudah seperti saya di Medan,” lanjut Saut disertai tawa menggelegar.

Baca Juga :  Berikut Jenis Semarak Lomba Kesenian Lesbumi PWNU DKI Jakarta

Dalam ceritanya, Saut juga merasakan aneh karena selama di Pamekasan, Saut tidak melihat orang Madura menjual sate seperti yang terjadi di banyak kota. Menurut Saut, diaspora Madura belum pernah ditulis dalam cerita pendek selama ini. Saut berharap, keanehan-keanehan dia selama ini perlu disuarakan agar orang-orang tidak mudah bersikap rasis (red/vid).

Berita Terkait

Deklarasi Pemilu 2024 Damai dan Sejuk, Lora-Santri Madura Gelar Istighosah dan Dzikir Akbar
Kerja Sama DLK UNY, MGMP, dan Balai Bahasa Sukses Adakan Pelatihan, Pendampingan, dan Lomba Penulisan
Banjir Peminat, Khusus Cabang Tilawah akan Dilakukan Seleksi Lanjutan
Peduli Budaya, PMII Rayon FTIK Komisariat UIN KHAS Gelar Festival Pasar Budaya
Berikut Jenis Semarak Lomba Kesenian Lesbumi PWNU DKI Jakarta
Di Gresik Presiden Jokowi Luncurkan Lumbung Pangan Berbasis Mangga
Ketika di Pasar Pucong Anom Surabaya, Presiden Jokowi Dicecar Pertanyaan oleh Wartawan Cilik
Guna Menyambut IKN, KKN Tradisi Nusantara Berikan Pemahaman Transaksi Digital Warga Desa Karya Jaya

Berita Terkait

Kamis, 1 Februari 2024 - 13:13 WIB

Deklarasi Pemilu 2024 Damai dan Sejuk, Lora-Santri Madura Gelar Istighosah dan Dzikir Akbar

Minggu, 19 November 2023 - 15:05 WIB

Kerja Sama DLK UNY, MGMP, dan Balai Bahasa Sukses Adakan Pelatihan, Pendampingan, dan Lomba Penulisan

Senin, 5 Desember 2022 - 11:08 WIB

Banjir Peminat, Khusus Cabang Tilawah akan Dilakukan Seleksi Lanjutan

Rabu, 28 September 2022 - 00:28 WIB

Peduli Budaya, PMII Rayon FTIK Komisariat UIN KHAS Gelar Festival Pasar Budaya

Jumat, 26 Agustus 2022 - 14:19 WIB

Berikut Jenis Semarak Lomba Kesenian Lesbumi PWNU DKI Jakarta

Berita Terbaru