Sumenep, NOLESA.com – Burung kakatua jambul kuning adalah salah satu burung endemik kekayaan nusantara. Salah satu tempat menjadi habitat burung ini adalah Pulau Masalembu, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Atas dasar itulah Pemerintah Desa Masakambing, Kecamatan Masalembu, berinisiatif membangun tugu burung kakatua jambul kuning. Tepatnya di Dusun Ketapang, tempat pembiakan dan hidup burung langka itu.
“Tugu burung kakatua ini berupa relief dan semi patung, dengan tinggi 4,6 meter,” ujar Pj Kades Masakambing Ainul Yakin usai peresmian tugu tersebut bakda shalat Idul Adha 1444, Kamis 29 Juni 2023.
Inung, sapaan akrab Pj Kades Masakambing, menuturkan, tugu burung kakatua itu dibuat oleh Satria, seniman asal Desa Masalima, Masalembu. Kemudian diresmikan langsung oleh Camat Masalembu, Achmad Auzai Rahman.
Lebih lanjut, Inung mengungkapkan perihal pembuatan tugu burung kakatua itu. Alasannya karena Desa Masakambing merupakan salah satu pulau yang memiliki endemik sub species dari Shulphurea bernama abbotti yang diambil dari nama saintis Jerman bernama Abbott, yang kini tercatat menjadi salah satu kekayaan fauna dunia.
“Pembangunan tugu burung kakatua ini agar menjadi monumen kebanggaan bahwa Desa Masakambing adalah tempat asal dan menjadi sangkar alami burung kakatua terkecil di antara sub species yang lain,” ungkap Pj Kades yang lebih akrab disapa Inung.
Terkait sumber dana, tugu burung kakatua itu dibangun dari dana desa (DD). Proses pembuatan, dimulai sejak tanggal 27 Nei 2023, dengan konstruksi pengecoran, las rangka besi, selanjutnya proses pembuatan patung dan relief.
Dalam tugu ini terdapat tiga burung kakatua yang disimbolkan satu keluarga beka’ (sebutan orang Bugis lokal untuk burung kakatua Masakambing). Pejantan di posisi teratas sebagai kepala keluarga, posisi kedua adalah induk dan di bawah adalah anakan.
Adapun visualisasi seorang lelaki berpakaian ala Bugis dalam tugu itu menyimbolkan bahwa Masakambing merupakan salah satu pulau yang didiami oleh orang-orang Sulawesi pasca kemerdekaan sebagai eksodus dari prahara pemberontakan di kampung halamannya.
Mereka membabat hutan di Masakambing dan menjadikan lahan-lahan babatannya untuk bercocok tanam dan berkebun. Hingga saat ini keberadaan etnis timur itu menjadi salah satu pelengkap keberagaman di Kabupaten Sumenep di antara saudara tua mereka yakni suku Madura dan Mandar.
Untuk gambar pohon mangrove bagian bawah sebagai salah satu komoditi terbanyak di pesisir Pulau Masakambing. Sekitar 80 persen pesisir Pulau Masakambing ditumbuhi mangrove dan jenis bakau.
“Diperkirakan ada 27 jenis bakau dan mangrove yang terdapat di pulau Masakambing sebagai tempat bermukim organisme bakau dan biota pesisir,” jelas dia.
Keunikan lainnya, Kakatua merupakan hewan monogami yang apabila pasangannya mati maka dia akan menjanda atau menduda sepanjang hidupnya.
“Burung ini kerap menjadi isyarat mistik penduduk Masakambing ketika ada penduduk yang akan berpulang, sekumpulan beka’ akan mengitari pulau sambil ‘berteriak’,” tutup Inung.
Penulis : Rusydiyono
Editor : Ahmad Farisi