Opini, NOLESA.com — Saya pernah diundang RRI Pro 1 dalam acara Dialog Kentongan. Sebenarnya saya hanya menggantikan pimpinan yang pada saat itu berhalangan hadir karena ada agenda rapat yang lain. Tema yang dimunculkan saat itu adalah seputar cuaca ekstrem.
Dipahami bahwa di musim penghujan kali ini, himbauan dari BMKG tentang cuaca ekstrem selalu di-update secara berkala karena memang penting untuk diketahui oleh masyarakat untuk antisipasi kewaspadaan dan kesiapsiagaam menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi sebagai dampak cuaca ekstrem ini. Bahkan ketika akhir Desember tahun 2022 kemarin, curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi sampai berhari-hari sehingga menyebabkan kawasan di wilayah Kota, Batuan, Saronggi, dan Lenteng mengalami banjir. Pada saat itu, curah hujan tinggi, dengan waktu yang lama, bersamaan dengan naiknya air laut, sehingga aliran sungai tidak bisa segera terbuang ke laut.
Selain banjir, dampak cuaca ekstrem juga cukup signifikan. Kejadian bencana yang diakibatkan hujan deras dan angin kencang serta gelombang yang tinggi telah masif menyebabkan kejadian bencana di masyarakat. Laporan kejadian bencana yang diterima BPBD memang cukup beragam. Mulai dari rumah yang roboh karena angina kencang, roboh karena tertimpa pohon tumbang, roboh karena dihantam gelombang laut, dermaga ambruk karena dihantam gelombang, perahu hilang, tangkis laut yang ambruk, jalan yang ambles, rumah dan lahan pertanian yang terendam bajir, dan banyak lagi laporan yang terjadi hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Sumenep.
Realitas seperti inilah sebenarnya yang perlu selalu diwaspadai dan membutuhkan kesiapsiagaan masarakat. Untuk itu, masyarakat pun perlu paham tentang apa sebenarnya cuaca ekstrem itu.
Secara sederhana, cuaca ekstrem ini merupakan kejadian atau kondisi atmosfer dalam waktu singkat pada lokasi tertentu dan waktu yang singkat di luar kondisi normal cuaca. Beberapa peristiwa yang akan terjadi dalam kondisi cuaca ekstrem adalah hujan lebat, angin kencang, suhu ekstrem, kekeringan, dan lain-lain.
Saat ini, cuaca ekstrem memang banyak terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Termasuk di Kabupaten Sumenep, juga mengalami hal yang sama. Apa yang disampaikan Kepala BMKG Sumenep saat itu, yang hadir bersama saya dalam dialog interaktif itu, bahwa ada siklon tropis freddy yang berlokasi di wilayah Samudera Hindia, selatan Nusa Tenggara Barat, yang akan berdampak pada peningkatan curah hujan dan kecepatan angin di Wilayah Indonesia khususnya di Sumenep. Siklon tropis freddy ini berpotensi menimbulkan daerah konvergensi/daerah pertemuan dan perlambatan angin yang membawa massa udara basah yang berpotensi meningkatkan curah hujan dan kecepatan angin termasuk pada kenaikan gelombang laut, khususnya di Sumenep—Masalembu, Sepudi, Kangean dll.
Saya berpikir bahwa kondisi seperti ini memang tidak biasa terjadi. Untuk itu perlu selalu diinformasikan kepada masyarakat dan perlu juga masyarakat untuk dihimbau agar waspada dan selalu siap siaga. Dalam kesempatan itu, saya sampaikan bahwa sudah selayaknya kita selalu mengikuti update informasi yang disampaikan oleh BMKG seputar cuaca. Kita juga perlu menjaga agar tidak terlalu aktif dan melakukan mobilitas di tengah hujan lebat. Kalu memang harus melaksanakan mobiitas, maka perlu menghindari rute rawan bencan ketika hujan.
Saya sampaikan juga bahwa di Kabupaten Sumenep itu ada “rumah besar” pengaduan masyarakat yaitu Call centre 112. Melalui layanan ini, masyarakat bisa menyampaikan informasi penting seputar kejadian bencana yang nantinya akan direspon oleh pemerintah sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat.
Kita tidak pernah berharap dan selalu berdoa semoga tidak terjadi bencana yang dapat berdampak kerugian besar di masyarakat. Tapi kita juga tidak bisa menghindar ketika terjadi bencana. Makanya, kesiapsiagaan dan kewaspadaan itu penting agar kita bisa meminimalkan dampak bencana yang ada, dan bisa harmoni dengan bencana. Semoga!