Mendekap Kesunyian

Redaksi Nolesa

Jumat, 30 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(for NOLESA.COM)

(for NOLESA.COM)

Oleh | Arinda Ulis Rozikhah

RESENSI BUKU, NOLESA.COM – Sepi bukan tentang sendiri, tetapi tentang bagaimana mampu berdamai dengan sesuatu yang tidak disenangi.

“Aku sendiri, aku tidak punya teman, aku dijauhkan, aku kesepian,” lirih para manusia yang kehilangan damai dalam dirinya. Ramai yang diharap, canda tawa yang diinginkan, seketika sirna ketika melihat teman terdekat memilih berbagi kisah dengan kawan yang lain.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tempat mencurahkan segala penat, tergantikan dengan circle baru. Kuasa dengan jabatan “sahabat” atau “orang terdekat” diambil alih secara tidak langsung oleh mereka yang dianggap lebih mapan dalam memahami. Hanya tersisa pertanyaan “mengapa?” dan rasa sepi selepas apa yang dianggap kepunyaan, dirampas oleh orang lain.

Lalu para manusia dengan masalah serupa seolah menjadi makhluk paling menderita. Hidup serasa berputar di titik yang sama, seolah tidak ada yang peduli, hingga perlahan menutup diri untuk bersosialisasi.

Sepi bukan lagi menjadi bayangan, tetapi menjelma menjadi teman tak kasat mata yang selalu hadir tanpa diinginkan. Dan inilah yang dirasakan oleh kebanyakan manusia saat ini.

Perjalanan menyembuhkan luka sepi ditemukan melalui pertemanan singkat dalam lembaran buku yang mengajak pembacanya untuk menjadi teman fiktif sejenak. Pembaca seakan berdialog secara langsung dengan penulis layaknya adu argumentasi ketika dua orang saling bercerita.

Baca Juga :  Khazanah Kebudayaan Masyarakat Jawa

Kalimat penenang dan nasihat tentu akan diberikan oleh seorang teman yang peduli terhadap kondisi temannya dan itulah yang dilakukan penulis dalam buku tersebut. Tidak menghakimi, tetapi melihat perspektif lain dalam menilai suatu aktivitas kehidupan.

Dalam menilai rasa sepi, sering kali manusia melihat tentang ketidakpunyaan seseorang untuk menjadi pengisi kekosongan dan penghibur ketika sedih. Sepi juga sering kali didefinisikan ketika tidak memiliki seseorang untuk sekedar berbagi kebahagiaan.

Tak luput, rasa sepi juga menghantui ketika mengurung diri di kamar, merasa tidak dibutuhkan, atau bahkan menjadi pilihan terakhir dalam daftar pertemanan.

Namun, perihal sepi, bukan berarti menjadi suatu penyakit yang tidak bisa diobati. Perasaan sepi memang menyedihkan. Melihat orang yang dianggap sebagai teman memilih untuk berbagi kebahagiaannya dengan teman yang lain atau selalu merasa sendiri dan tidak ada yang peduli.

Manusia dengan label introvert pun merasakan kesepian di dalam dirinya meski ia lebih senang apabila tidak banyak mengeluarkan energi ketika bertemu orang lain.

Berdamai dengan rasa sepi, itulah solusinya. Terkadang rasa sakit perlu diakui kehadirannya, diterima, lalu dipeluk dengan kesadaran dan ketenangan. Begitu pula dengan perasaan kesepian.

Baca Juga :  Risalah Ushul Fiqh

Permasalahan bukan terletak pada perasaan sepi yang dirasakan, tetapi karena ketidakmampuan kita memvalidasi dan berdamai dengannya ketika tidak ada teman untuk berbagi cerita (hlm. 76).

Ada pengingat yang begitu menenangkan di halaman 226 yang berbunyi,“People come and go, but Allah stays”. Kalimat sederhana, tetapi memiliki makna yang dalam. Tidak ada manusia yang abadi, tidak ada pertemanan yang kekal, semua hanya saling berganti peran sesuai waktu yang telah Tuhan tentukan.

Teman yang saat ini sedang bersama mungkin sangat menyenangkan untuk saling bertukar kabar. Namun, tiga hingga empat tahun mendatang, tidak ada yang bisa menjamin bahwa proses bertukar kabar tersebut dapat dilakukan dengan orang yang sama karena sejatinya tidak ada manusia yang bertahan selamanya.

Setiap manusia yang hadir memiliki waktu dan perannya masing-masing. Jika memang masanya sudah habis, maka mereka akan pergi mencari kehidupannya dan yang kembali datang hanyalah rasa sepi.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan cara mengatasi rasa sepi dengan memberikan peran terbaik untuk orang-orang terdekat selagi kita masih bisa membersamai mereka. Tidak lupa, senantiasa kita ingat, bahwa Tuhan adalah teman terbaik dalam berbagi segala hal.

Baca Juga :  Narasi Al-Qur'an dan Hermeneutika Sufi : Interpretasi Rumi terhadap Tokoh Pharaoh

Buku yang berisi 45 bab mengenai proses menetralkan ekspektasi, berdamai dengan kesepian, melepas mentalitas menjadi korban, hingga topik utama mengenai “rasa sepi adalah teman terbaikku”, dikulik secara mendalam lewat proses dialogis secara tidak langsung antara penulis dan pembaca.

Kalimat-kalimat yang berisi proses merefleksikan diri, seakan ditujukan agar pembaca tidak hanya memvalidasi perasaan sepi tersebut, tetapi perlahan diajak untuk melihat sisi lain tentang rasa sepi yang dirasakan.

Meski terdapat sisipan kalimat dalam bahasa Inggris yang mungkin tidak selalu dipahami oleh semua pembaca, keseluruhan narasi tetap terasa hangat dan relevan. Buku setebal 300 halaman ini sangat sesuai menjadi teman setia bagi jiwa yang sedang sunyi dan menjadi pengingat bahwa dalam kesepian kita tidak benar-benar sendiri.(*)

*Arinda Ulis Rozikhah merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta. Lahir pada tanggal 16 Januari 2003 dan berdomisili di kota Kebumen, Jawa Tengah. Bergelut dalam bidang bahasa sebagai jurusan di bangku kuliah membuatnya tertarik dalam dunia public speaking dan tengah belajar dalam bidang kepenulisan. Beberapa pengalaman, penghargaan, dan hasil tulisannya dapat ditelusuri dalam akun media sosial pribadinya di @arinda.ulis.

Editor : Wail Arrifqi

Berita Terkait

Cinta Habis di Orang Lama itu Nyata Adanya
Dari Pahit Kopi ke Manisnya Makna: Menemukan Diri Lewat Tulisan Aditya Siregar
Memahami Wanita Dari Kacamata Psychology
Jejak Kehidupan Nyata yang Mengajak Meneladani Nabi Muhammad Saw
Sejarah Gili Iyang yang Terpendam
Mendengarkan Maarten Hidskes
Sejarah, Psikologi, dan Eksistensial
Tuhan, Manusia, dan Alam

Berita Terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 02:07 WIB

Cinta Habis di Orang Lama itu Nyata Adanya

Jumat, 13 Juni 2025 - 18:03 WIB

Dari Pahit Kopi ke Manisnya Makna: Menemukan Diri Lewat Tulisan Aditya Siregar

Minggu, 1 Juni 2025 - 11:00 WIB

Memahami Wanita Dari Kacamata Psychology

Jumat, 30 Mei 2025 - 15:56 WIB

Mendekap Kesunyian

Kamis, 29 Mei 2025 - 10:25 WIB

Jejak Kehidupan Nyata yang Mengajak Meneladani Nabi Muhammad Saw

Berita Terbaru

(for NOLESA.COM)

Resensi Buku

Cinta Habis di Orang Lama itu Nyata Adanya

Sabtu, 14 Jun 2025 - 02:07 WIB